13 Februari 2009

DATA & FAKTA : TIMOR BARAT LAYAK JADI PROVINSI

Free Market Idea DATA, FAKTA & POTENSI TIMOR BARAT LAYAK JADI PROVINSI BARU I. Rencana Wilayah Wilayah cikal bakal Provinsi Timor Barat direncanakan meliputi : 1. Meliputi Ex. Wilayah Afdelingen Timor en Eilanden yang berdasarkan Zelfbestuurs regeling Pemerintah Belanda Tahun. 1938 yaitu : pulau Timor (barat), Pulau Rote, Pulau Sabu, Kepulauan Pulau Alor dan Pantar. Dengan total luas daratan sebesar 19.265.00 km2. dengan perincian pulau Timor (barat) seluas :14.394.90 km2, Pulau Rote : 1.214,30 km2, Sabu : 421,70 km2, Alor : 2.073,40 km2, Pantar : 711,80 km2 2. Jumlah Kabupaten/Kota sebagai pendiri provinsi baru ini diproyeksikan sekitar 14-16 kabupaten kota yang terdiri atas 7 Kabupaten/Kota defenitif dan 7 kabupaten pemekaran, dengan jumlah 138 kecamatan, 1033 buah desa dan 153 kelurahan. Luas masing masing kabupaten adalah sebagai berikut : Kab.Kupang : 5.898,26 km2, Kab.TTS : 3.947,00 km2, Kab.TTU : 2.669,60 km2, Kab.Belu : 2.445,57 km2, Kab.Alor : 2.864,60 km2, Kota Kupang : 160,34 km2 dan Kab.RoteNdao : 1.280,00 km2.( Sumber : Buku Provinsi NTT dalam Angka Tahun 2007, BPS Prov. NTT & Brosur No. 30 Tahun 1979 - Dit. Agraria Prop. Dati I NTT) 3. Kabupaten/Kota defenitif adalah Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan/TTS, Kabupaten Timor Tengah Utara/TTU, Kabupaten Belu, Kabupaten Alor, ( dibentuk pada Desember 1958 ) Kota Kupang dibentuk pada 1996 dan Kabupaten RoteNdao ( dibentuk pada 2003 ) 4. Kabupaten pemekaran diproyeksikan terdiri dari Kabupaten Sabu-Raijua/proses defenitif, Kabupaten Amarasi-Amabi, Kabupaten Amfoang ( dari Kabupaten Kupang ) Kabupaten Mollo dan Kabupaten Amnatun ( dari Kabupaten TTS ) Kabupaten Malaka/proses defenitif ( dari Kabupaten Belu ) serta Kabupaten Pantai Utara ( dari sebagian wilayah Kab Belu & wilayah Kab TTU/Biboki) 5. Rencana Ibukota Provinsi Timor Barat juga ada beberapa alternatif yaitu : a. Kupang. Dari sisi kesiapan dan infrastruktur kota ini paling siap, karena sebelumnya merupakan ibukota dari Provinsi NTT, ibukota Kota Kupang dan juga ibukota Kabupaten Kupang. b. Atambua. Dari sisi kesiapan infrastruktur kota ini juga sangat siap menjadi ibukota Provinsi Timor Barat, karena statusnya kini adalah ibukota Kabupaten Belu dan berbatasan langsung dengan wilayah Daratan Negara Timor Leste dan didukung prasarana yang cukup memadai. Tujuh Kabupaten/Kota defenitif yaitu : ■ Kota. Kupang, dengan ibukotanya Kupang ■ Kab. Kupang, dengan ibukotanya Kupang/Oesao ■ Kab. TTS, ibukotanya Soe ■ Kab. TTU, ibukotanya Kefamenanu ■ Kab. Belu, dengan ibukotanya Atambua ■ Kab. Alor dengan ibukotanya Kalabahi ■ Kab. RoteNdao, dengan ibukotanya Ba,a Tujuh Kabupaten Rencana Pemekaran yaitu : □ Kab.Sabu Raijua dengan ibukota Pantai Baru □ Kab.Amrasi-Amabi dengan ibukota Buraen/dari Kab Kupang □ Kabupaten Amfoang dengan ibukota Oepoli/dari Kab Kupang □ Kabupaten Mollo dengan Ibukota Batu Putih/Kapan/ dari Kab.TTS □ Kabupaten Amnatun dengan ibukota Oinlasi/ Kolbano/dari Kab.TTS □ Kabupaten Malaka dengan ibukota Besikama/Betun/ dari Kab Belu □ Kabupaten Pantai Utara dengan ibukota Tanjung Bastian/Ponu (Penggabungan sebagian wilayah kab.Belu dan sebagian dari Kab TTU) II. Jumlah Penduduk 1. Total jumlah penduduk dari 7 Kabupaten definitif penggagas/pendiri Provinsi Timor Barat sesuai data statistik provinsi NTT tahun 2007 Sebesar :2.068.084 jiwa. 2. Penyebaran penduduk bila dihitung berdasarkan penduduk per Kota/Kabupaten adalah sebagai berikut : a. Kota Kupang.data th 2007: 286.299. jiwa. b. Kab. Kupang.data th. 2007 : 373.633. jiwa. c. Kabupaten TTS.data th. 2007: 415.660 jiwa. d. Kabupaten TTU data 2007 : 211.616 jiwa. e. Kabupaten Belu,data th. 2007 : 418.004 jiwa. f. Kabupaten Alor,data 2007 : 178.964 jiwa. g. Kabupaten RoteNdao th. 2007 : 112.153 jiwa. (Bandingkan dengan Jumlah Penduduk, Luas Daerah, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten di seluruh NTT, Tahun 2006, dibawah ini ) No Kabupaten Jumlah Penduduk Luas Daerah Kepadatan Penduduk 1 Sumba Barat 409.851 4.051,92 101,15 2 Sumba Timur 217.454 7.000,50 31,06 3 Kupang 362.790 5.898,26 61,51 4 TTS 412.353 3.947,00 104,47 5 TTU 209.037 2.669,66 78,30 6 Belu 394.810 2.445,57 161,44 7 Alor 177.009 2.864,60 61,79 8 Lembata 102.344 1.266,38 80,82 9 Flotim 225.268 1.812,85 124,26 10 Sikka 275.936 1.731,92 159,32 11 Ende 237.555 2.046,62 116,07 12 Ngada 250.305 3.037,88 82,39 13 Manggarai 495.136 4.188,90 118,20 14 RoteNdao 110.617 1.280,00 86,42 15 Manggarai Barat 195.532 2.947,50 66,34 16 Kota Kupang 279.124 160,34 1.740,83 NTT 4.355.121 47.349,90 91,98 Sumber : Hasil Survei Penduduk Antar Sensus 2006, BPS Prov. NTT III. Infrastruktur/Sarana & Prasarana : Cikal bakal Provinsi Timor Barat ditinjau dari kesiapan infrastruktur dasar, khususnya sarana dan prasarana wilayah darat,laut dan udara, sangat memadai dengan apa yang sudah ada dan bila terwujud pemakaran provinsi ini, maka akan semakin mempercepat pembangunan infrastuktur di kawasan perbatasan negara Indonesia dengan Timor Leste dengan gambaran sebagai berikut : 1. Bandar Udara di pulau Timor ( barat ) terdapat dua yaitu : Bandara Eltari di Kupang jenis kelas I dengan elevasi 102 dan run way sepanjang 2500 meter dan lebar 450 meter, dan dapat didarati oleh pesawat Boeing 737 dengan frekwensi penerbangan setiap hari Kupang Jawa Bali dan beberapa pulau di NTT dan Indonesia Timur yang dilayani oleh sekitar 8 Maskapai. Lainnya Bandar udara perintis diantaranya di Haliwen- Atambua di Kab.Belu,dengan elevasi 437 dan runway 900 meter kali 23 meter, juga di Alor yaitu Bandar udara Mali dengan elevasi 397 dan runway 900 meter kali 23 meter, yang dapat didarati pesawat jenis Casa setiap hari dari Kupang. Di Rote juga terdapat juga Bandar udara perintis kelas V Lekunik dengan elevasi 160 dan run way 900 meter kali 23 meter, yang dapat didarati juga oleh jenis Casa. Sama juga di Sabu yakni Bandar udara perintis Terdamu, dengan elevasi 14 dan run way 900 meter kali 23 meter. Bahkan pada dekade pada awal 60-an Misi Katolik di Atambua,dengan dimotori oleh bruder bruder dari Jerman ingin membuat pesawat sendiri di Nenuk, dan juga penyiapan bandaranya. Hingga era-80-an body pesawat dan mesin rancang struktur pesawat pesawat tersebut masih kelihatan di Nenuk Atambua, dan lokasi rencana bandara akhirnya dijadikan lokasi STM Nenuk sekarang. Konon, tidak mendapat ijin dari pemrintah pusat ? Artinya sudah ada planning yang tepat dari pihak swasta akan moda transportasi yang cocok untuk wilayah ini pada saat itu. 2. Moda transportasi laut di Timor dan pulau pluanya dilayani oleh 6 Kapal Ferry penyebarangan yaitu : Rokatenda, Ile Ape, Lle Mandiri, Balibo, Uma Kalada dan Pulau Sabu yang dikelola oleh perusahaan daerah Flobamora dan ASDP.Di Alor ada dua yaitu :Inerie dan Nanpamor.Untuk Jenis Kapal Cepat Ro ro ada dua yangmenghubungkan Kupang-Flores dan Surabaya yaitu :Kirana & Titian Nusantara. Sedangkan kapal kapal Pelni yang berjadwal tetap melayani route Luar NTT Kupang ada 7 armada yaitu Kapal :Dobonsolo, Kelimutu, Tatamailau,Sirimau,Willis,Awu dan beberapa pelayaran perintis oleh PD Flobamora yaitu :Nemberala dan Nangalala. Adapun jaringan pelayaran berjadwal tetap yang menghubungkan Timor dengan daerah lain di Indonesia dilakukn oleh Kapal kapal Pelni, sedangkan yeng menghubungkan timor dengan pulau pulaunya serta wilayh NTT adalah yang dikelola oleh swasta dan perusahaan Daerah.Pelabuhan Laut yang terbesar adalah Tenau Kupang berupa pelabuhan samudera, dan di pulau Timor terdapat beberapa pelabuhan yaitu, di Kabupaten Kupang, terdapat pelabuhan ferry BolokI & II, yang menghubungkan Kupang dengan pulau pulau lain di NTT, dan Atapupu di Belu, serta dermaga Kalabahi di Alor. Sedangkan untuk pelabuhan kecil untuk nelayan/ferry untuk transportasi barang terdapat pelabuhan Sulamu, Naikliu, Hansisi di Pulau Semau, Raijua di Sabu, Pantai Baru di Rote, Wini Di Kabupaten TTU, TabloLong di pantai selatan Kupang. 3. Seluruh wilayah pulau Timor (barat) hampir seluruh kota kabupaten dan Kecamatan relatif dapat dijangkau melalui transportasi darat kendaraan roda empat yang dihubungkan oleh jaringan jalan darat ( jalan negara.provinsi, dan kabupaten) Total panjang jalan negara di NTT adalah :1.273 Km.Dari ruas jalan negara tersebut sepanjang 305.35 Km, berada di Timor Barat dengan perincian : Kab.Kupang sepanjang 65.10 Km, Kab.TTS sepanjang :88.35 Km, Kab.TTU sepanjang :78.90 Km dan Kab.Belu sepanjang : 73.00 Km. Sedangkan Kota Kupang, Kab Alor dan Kab. Rote Ndao tidak tersedia datanya. Dari sisi jalan yang sudah beraspal Kab Kupang sepanjang :675.97 Km, TTS sepanjang :627.74 Km, TTU sepanjang: 348.98 Km, Belu sepanjang :494.88 Km, Alor sepanjang :412.20 Km, Kota Kupang sepanjang : 634.97 Km, dan Rotendao belum ada datanya.Total jalan beraspal di Timor Barat dan pulau pulaunya sepanjang :3.194.74 Km yang menghubungkan Kota kota Kabupaten dengan Kecamatan dan desa. 4. Apabila provinsi Timor Barat dapat diwujudkan maka pembangunan sarana infrastruktur jalan di wilayah ini akan diproyeksikan untuk membuka daerah daerah terisolir dan mempercepat terintegrasinya jaringan jalan darat di Timor barat dengan poros utama Trans Timor Raya yang menghubungkan Kupang sampai ke Dilli ( Timor Leste ) dengan dua poros tambahan sebagai berikut : a. Trans Timor Raya. Merupakan jalan peninggalan Belanda, yang kemudian pada sekitar tahun 1975- 1980 dalam rangka integrasi Timor Portugis mulai dibangun dan diaspal dari Kota Kupang di Timor Barat sampai dengan Motaain di Belu perbatasan dengan Timor Timur, dan setelah integrasi dilanjutkan hingga ke Dilli Timor Leste dengan melalui Kota Soe, ibukota Kab.TTS, Kota Kefamenanu ibukota Kab.TTU, Kota Atambua ibukota Kab.Belu, dengan panjang sekitar 300 km. Kemudian ada juga jalan Negara sekitar 20 km dari Kefamenanu sampai dengan Napan/Oelfaub perbatasan dengan District Oecussie. Kondisi jalan kedua jalan negara tersebut cukup baik dan selalu terawat. b. Trans Timor Raya bagian selatan berupa jalan provinsi dan jalan kabupaten yang sudah dirintis sejak tahun 80-an dan kini sementara ditingkatkan untuk menjadi salah satu akses utama jalur selatan pulau Timor, dimulai dari Batu Putih (kabupaten TTS, melingkar diselatan menyusuri pantai Bena/Kolbano, Bokong dan Oinlasi - Putain (Kab.TTS) dan seterusnya melewati Kotafoun,Weo,Besikama dan berujung di Betun (Kab.Belu) yang berbatasan dengan District Suai/Covalima Timor Leste. Beberapa titik dari jalur ini masih adalah jalan kabupaten berupa jalan tanah yang diperkeras. c. Trans Timor Raya bagian Utara juga merupakan jalan provinsi /Kabupaten dimulai dari Kupang melalui Sulamu, hingga ke Oepoli/Amfoang yang berbatasan dengan District Oecussie (Timor leste) yang selama ini dilaksanakan oleh Pemda Kab Kupang untuk kemudian menyambung ke Miomaffo Barat, Eban, Noetoko, Nilulat, dan jalan negara Napan, kemudian Bitefa Bakitolas , Wini ( TTU) perbatasan dg District Oecussi-Timor Leste, dan selanjutnya menyambung ke jalan negara pantai Utara TTU, hingga ke jalan negara tran Timor di Atapupu ( Kab Belu.perbatasan dengan Timor Leste). Beberapa titik dari jaringan jalan ini sudah teraspal dan terawatt baik. 5. Di Kabupaten Alor, Rote dan Sabu juga terdapat beberapa ruas, jalan provinsi dan Kabupaten yang menghubungkan kota kabupaten dengan beberapa kota kecamatan. 6. Dari kesiapan infrastruktur dasar ketiga matra tersebut, hanya membutuhkan peningkatan fisik, dan management operasional, serta fokus pada matra laut, seperti penambahan sarana dan prasaran pelabuhan laut, bobot dan kapasitas angkut ferry/kapal penyeberangan baik anta pulau maupun luar pulau dengan wilayah provinsi sekitar seperti pulau pulu di NTT,NTB dan Bali serta Maluku, dan Sulawesi selatan, serta negara tentanga Timor Leste. Sebagai perbandingan dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : No. Kab/ Kota Aspal/ Km Kerikil/ KM Tanah/ Km Lainnya/ KM 1 Kupang 675.97 905.30 408.30 0.00 2 TTS 627.74 363.50 533.80 273.97 3 TTU 348.98 461.17 251.89 11.23 4 Belu 494.88 225.35 199.30 0.00 5 Alor 412.20 81.35 780.34 0.00 6 Lembata 167.05 146.20 109.70 0.00 7 Flores Timur 491.80 185.88 141.00 0.00 8 Sikka 535.74 118.62 328.12 127.11 9 Ende 617.67 69.35 340.74 48.00 10 Ngada 658.67 243.80 506.95 0.00 11 Manggarai 946.00 532.95 844.67 0.00 12 Manggarai Barat - - - - 13 Sumba Barat 738.24 116.68 332.90 0.00 14 Sumba Timur 660.42 508.20 408.30 0.00 15 Rote Ndao - - - - 16 Kota Kupang 634.97 116.68 332.90 0.00 Panjang Jalan Menurut Permukaan di seluruh Kab di NTT : Panjang Jalan Menurut Status Jalan : No. Kab/ Kota NEGARA PROVINSI KABUPATEN 1 Kupang 65.10 545.82 1.169.00 2 TTS 88.35 241.09 1.469.19 3 TTU 78.90 213.27 781.50 4 Belu 73.00 169.60 676.93 5 Alor 0.00 170.00 1.104.53 6 Lembata 0.00 52.45 370.50 7 Flores Timur 66.90 172.90 578.88 8 Sikka 121.13 112.61 748.74 9 Ende 131.10 964.63 828.50 10 Ngada 127.42 570.25 768.75 11 Manggarai 22.60 431.50 1.669.52 12 Manggarai Barat - - - 13 Sumba Barat 11.60 207.04 869.18 14 Sumba Timur 67.90 407.62 1.101.40 15 Rote Ndao - - - 16 Kota Kupang 0.00 666.14 0.00 7. Kelistrikan. Memang harus diakui bahwa persoalan kelistrikan di cikal bakal provinsi baru ini agak krusial, karena PLN setempat masih mengandalkan PLTD (Diesel) yang menggunakan BBM Solar. Akan lebih effisien apabila PLN mulai melakukan terobosan untuk PLTU dengan batubara/gas. Dan sempat terbetik berita bahwa sementara lagi diteliti untuk dikembangkan PLT Angin di Daerah Timor Tengah Selatan. Dengan daya listrik yang sangat minim, akibatnya tidak ada peningkatan proses produksi/indutri di Timor Barat, seperti pabrik pabrik, Industri menengah-kecil dan home industri lainnya, karena pasokan listrik sangat kecil dayanya dan tidak mencukupi. 8. Telekomunikasi, dewasa ini sangat baik bahkan hamper seluruh daerah terpencil sudah dapat dijangkau dengan mobile phone melalui program Rural communication Development. IV. Pengadaan Sumber Daya Air Baku. Persoalan pengadaan dan pengelolaan sumber daya air baku, menjadi masalah pelik dan serius bukan hanya untuk cikal bakal provinsi ini, tetapi hampir menyeluruh diseluruh wilayah Nusa Tenggara akibat faktor alam yang beriklim kering. Namun bukan berarti tidak ada solusi.Adapun solusi yang tepat untuk mengatasi persoalan ini ada beberapa program yang dapat diterapkan seperti : 1. Pembuatan bendungan raksasa dan cekdam. Di Timor barat ada beberapa sungai besar dan sungai kecil yang pada musim hujan airnya meluap dan pada musim kering airnya menyusut bahkan kering sama sekali. Untuk itu pembuatan bendungan raksasa di hulu/DAS sungai sungai besar, merupakan alternatif dan solusi yang tepat.Sedangkan untuk kali kali sedang dan kecil dapat dibuatkan bendungan biasa/cekdam. Beberapa sungai besar/kecil di Kab Kupang yang dapat dipilih untuk dibuatkan sebuah Bendungan raksasa seperti Tilong. Sebagai contoh Sungai Noilmina di Kab Kupang & TTS, dapat dibuatkan bendungan raksasa. Begitu juga hulu/DAS sungai Benenain di Kabupaten TTS dan TTU juga dapat dibuatkan bendungan raksasa. Dipantai Utara TTU dapat dibuatkan bendungan raksasa di Mena. Di Kabupaten Belu dapat dibuatkan bendungan di sekitar kawasan gunung Lakaan. Memang biayanya sangat besar, tapi bila untuk kemajuan masyarakat dan daerah mengapa tidak. Karena dengan adanya persediaan air yang baik akan mendorong segala usaha dapat berkembang. Kenapa di Jawa banyak dibangun bendungan raksasa meskipun relatif kelimpahan air, sedangkan di Timor yang untuk minum saja susah harus mengemis ngemis kepada LSM internasional dan misi hanya untuk membangun embung embung kecil yang hilang saat musim hujan ? Sebagai bangsa harusnya malu, bahwa masih ada warganya yang mati bukan karena kelaparan tapi karena ktiadaan air minum, sesuatu hal yang dijaman manusia purba tidak pernah terjadi. Kog bisa terjadi dijaman modern sekarang ini. 2. Langkah ini jauh sebelumnya yakni pada tahun 1960-70-an oleh misi Katolik di Timor sudah direncanakan untuk membuat sebuah bendungan raksasa di Fatumtasa Kec.Insana Utara, guna membendung sungai dari Manamas dan dari Jak, yang bila terealisir akan dapat mengairi persawahan seluruh dataran rendah Sekon di Insana, Maubesi ,pantai utara di Biboki, Maurisu di Miomaffo Timur dan bahkan sampai dengan Noemuti serta menjadi pembangkit tenaga listrik yang cukup besar untuk wilayah Kab TTU,Belu dan sebagian wilayah TTS. Hal ini sudah dilakukan dengan pemasangan alat pengukur debit air di sungai Fatumtasa. Artinya apa ? Bahwa pihak swasta yang notabene adalah orang orang bule, sudah memiliki jangkauan pemikiran jauh kedepan dan planing yang sangat future dan sangat jelas berorientasi kepada kemaslahatan dan kesejahteraan umat, bukan yang bersifat proyek. 3. Usaha ini sudah dilakukan di Kupang dengan Bendungan Tilong, di TTU ada bendungan Oenopu dan beberapa kabupaten, namun ukurannya masih sangat kecil dan managemen perawatannya sangat minim.Bahkan dewasa ini hampir seluruh pemda berlomba lomba untuk membangun embung embung kecil yang esensinya bukan untuk mengatasi masalah air minum tetapi untuk menghabiskan anggaran saja proyek. Karena embung embung kecil ini hanya berupa onggokan tanah yang membentung saluran saluran kali kecil yang bila musim hujan dengan adanya banjir lantas menghayutkan seluruh onggokan tanah dan pada musim kemarau embungnya sudah tidak berbekas lagi, apalagi yang diharapkan untuk menampung air. 4. Krisis pengadaan air baku di Timor Barat sedikit banyaknya disebabkan oleh pola bertani dengan sistem tebas bakar. Hal ini berakibat fatal dimana setiap musim tanam akan mengakibatkan dua wilayah gundul yakni lahan yang ditanam serta lahan yang pohon pohonnya dipotong untuk menjadi pagar. Karena itu, harus ditegakan aturan dan tidak boleh kompromi soal hutan lindung di kawasan kawasan pegunungan untuk penyerapan air tanah, serta larangan memanffatkan bantaran kali, sungai, situ, danau menjadi lahan pertanian. Misalnya kawasan Mutis,di TTS dan TTU, Kawasan Fatuleu, Timau di Kupang, Kawasan Kolbano di TTS, kawasan Sonmahole di TTU dan Belu, Kawasan Lakaan dan Kateri di Belu, begitupun di Alor, Rote dan Sabu, yang akan menjadi sumber utama penyediaan air baku. V. Potensi Ekonomi 1. Potensi Peternakan ( Primer): Sejarah telah menunjukkan bahwa Timor Barat merupakan daerah yang cocok unntuk pengembangan ternak besar (Sapi, Kerbau, dan Kuda ) khususnya Sapi Bali, yang didatangkan pertama kali oleh pemerintahan Belanda dari Bali ke Timor sekitar awal abad 19 yang cocok dan berkemmbang pesat Timor sehingga dikenal dengan nama Sapi Bali Asli Timor. Karena itu provinsi baru ini akan menjadikan sektor peternakan khususnya sapi bali sebagai sektor utama, paling tidak mengembalikan posisi Timor barat sebagai gudang ternak sapi bali untuk tingkat nasional. Lahan dan kondisi geografis yang masih cukup tersedia di Kabupaten Kabupaten Kupang.TTS,TTU,Belu & Rote serta daya tahan dan adaptasi sapi Bali yang cukup tinggi, sangat berpotensi untuk dikembangan di Timor Barat, apa lagi hamper seluruh rumah tangga memiliki pemahaman dan pengalaman pemeliharaan jenis ternak ini, meski masih sangat konvensional. Beberapa decade lalu, Timor Barat sangat terkenal sebagai gudang ternak Sapi Bali ( potong dan bibit ) untuk pemasok daging tingkat nasional, yang kini dikembangkan di sumatera dan Sulawesi. Bahkan era 70-80-an Sapi Bali Asli Timor dapat dieksport hingga ke Hongkong, Makao, Taiwan dan RRC. Juga jauh sebelum ada industri makanan di tingkat nasional, di Kupang telah dirintis pendirian pabrik swasta daging sapi “Icaf” Oleh H.Nisnoni raja Kupang pada awal pendirian propinsi NTT hingga akhirnya bangkrut pada awal tahun 70-an. Pada era ini pula di Ponu/Kab TTU, sebuah perusahaan PMA dari Australia telah mendirikan peternakan Sapi diatas lahan ribuan hektar dan sangat bekembang pesat. Baru pada tahun 1975-1977, ketika pergolaakan untuk integrasi Timor Portugis ke Indonesia, akhirnya bubar dan tidak terurus.Sampai sekarang masih terlihat sapi sapi blasteran kawin silang sapi Australi dengan Sapi Bali Timor di sepanjang jalan pantai utara Wini-Atapupu peninggalan ranhce Australi tersebut. Artinya wilayah ini cocok dan sangat berpotensi untuk pengembangan sapi Bali Timor, yang bila dikelola secara baik, modern, dan melibatkan modal/invetasi maka akan menjadi andalan utama perekonomian provinsi baru ini. Hal ini sudah dibuktikan oleh perusahaan dari Australia, jadi bukan angan angan. Herannya, mengapa pemerintah daerah tidak pernah mau menjalankan program program ini, tetapi mengeluh terus ke Jakarta minta anggaran dengan alasan daerah miskin.Artinya selama ini ada yang salah urus dengan Timor Barat, dengan motivasi untuk melanggengkan kemiskinan demi tujuan politis oleh segelintir “belanda hitam” di NTT.Coba lihat betapa potensi ternak yang dimiliki oleh wilayah Timor Barat sebagaimana data dibawah ini : POPULASI TERNAK BESAR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2006 No Kabupaten / Kota Sapi Kerbau Kuda 1 Kab. Kupang 139.081 7.279 12.261 2 Kab.Timor Tengah Selatan 121.325 529 4.878 3 Kab.Timor Tengah Utara 59.417 736 2.348 4 Kab. Belu 96.374 2.602 3.839 5 Kab. Alor 1.295 13 148 6 Kab. Rote Ndao 14.795 10.497 4.404 7 Kota Kupang 3.447 34 53 Jumlah 434.439 21.690 24.092 POPULASI TERNAK KECIL DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2006 No Kabupaten / Kota Babi Kambing Domba 3. Kupang 102.574 81.909 30.985 4. Timor Tengah Selatan 263.781 36.197 - 5. Timor Tengah Utara 62.520 16.757 36 6. Belu 99.075 12.520 26 7. Alor 65.382 26.557 6 14. Rote Ndao 61.930 31.965 20.128 16. Kota Kupang 22.028 4.207 36 Jumlah 677.290 210.112 51.211 2. Pertanian & Perkebunan ( Primer ) Potensi lain yang juga dimiliki oleh wilayah ini disektor pertanian adalah jagung, singkong, palawija dan agroindustri seperti sayur mayur dan buah buahan. Jagung, singkong serta kacang kacangan akan menjadi pilihan prioritas utama kedua untuk sektor primer guna mendukung peternakan. Karena jagung merupakan salah satu makan utama penduduk. Dengan pilihan prioritas utama adalah ternak sapi bali, maka fokus pada tanaman jagung harus menjadi prioritas karena disamping sebagai bahan makanan pokok, juga sebagai sumber utama pakan ternak. Dan untuk itu harus dikembangkan secara besar besaran dan modern tidak hanya mengandalkan sistem konvensional dengan para petani desa, tetapi melibatkan investasi modal swasta, misalnya perkebunan, pabrik pengolahan pakan ternak dan sebagainya. Hal ini akan mendorong para petani untuk rajin berproduksi karena harga harganya akan menjadi sangat ekonomis, dan pemerintah harus berani berani berinvestasi untuk sektor ini baik melalui BUMD maupun kerja sama dengan pihak swasta. Sebagai contoh pada tahun 2007 total produksi jagung di NTT adalah 517.339 ton, sedangkan Gorontalo yang kini dikenal sebagai sentra jagung hanya berproduksi sekitar :367.264 ton. Dari 8 provinsi penghasil utama jagung NTT menduduki posisi ke enam dengan urutan sebagai berikut : Jawa Timur :4.393.656 ton, Jawa Tengah :2.206.639 ton, Lampung : 1.339.074 ton,Sulawesi Selatan:896.839 ton,Sumatera Utara:788.093 ton, NTT:571.782 ton,Jawa Barat : 547.488, Gorontalo :367.264 ton. Khusus untuk tanaman agroindustri seperti fanilli, cengkeh, sayur mayur dan buah buahan yang sekarang sudah berkembang baik di Alor serta dataran tinggi Mutis, kiranya dapat dikembangkan baik untuk memenuhi pasar lokal maupun untuk pasar nasional. Di Soe/TTS dan Eban TTU pada era 60-70 an terkenal dengan produksi apel malang jeruk yang sangat manis, sayur mayur dan buah buahan, yang akhirnya hilang pada era 80-an dan hanya menjadi dongeng, dan sekarang untuk makan sayur sayuran segar dan buah buahan harus datangkan dari Jawa. Sungguh sangat tragis. Di Kupang dan TTU serta Belu dulu sangat terkenal dengan produksi bawang putih dan bawang merah, kenapa sekarang hilang dan harus datangkan dari luar NTT ? Atau misalnya kunyit, hampir seluruh wilayah daratan Timor menjadi hutan kunyit pada era 70-an, kenapa tidak dikebangkan seperti perkebunan dan justru sekarang menghilang padahal sangat bernilai ekonomis bila dikelola baik. Artinya ada yang salah urus selama ini untuk tetap melestarikan kemiskinan di Timor Barat demi tujuan politis. TABEL PRODUKSI PERKEBUNAN TANAMAN PADI DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2006 No. Kabupaten / Kota Luas Areal (ha) Jumlah Produksi (ton) 3. Kupang 12.161 36.458 4. Timor Tengah Selatan 4.140 13.745 5. Timor Tengah Utara 8.165 23.468 6. Belu 5.717 18.331 7. Alor 3.570 7.426 14. Rote Ndao 9.646 30.364 16. Kota Kupang 201 652 Jumlah 31.451 130.444 Sasaran areal Panen Jagung tahun 2008 untuk seluruh Kab.NTT. Sumber : Dinas Pertanian TP Provinsi NTT. 3.Kelautan & Perikanan ( Primer ) Pilihan skala prioritas utama ketiga dari sektor primer adalah Kelautan. Meskipun sering ada guyonan di NTT, bahwa kenapa di Timor semua program yang berkaitan dengan laut pasti gagal, karena orang Timor itu takut masuk laut disangka ada buaya. Terlepas dari itu, budaya melaut memang bukan milik orang Timor, tapi itu dulu, sekarang banyak anak anak muda yang terampil di laut entah sebagai nelayan, entah sebagai kapten kapal, entah sebagai petani tambak atau petani rumput laut dan sebagainya. Di Rote dan Sabu serta Alor dewasa ini terkenal dengan komoditas unggulannya adalah rumput laut dan mereka sangat terkenal sebagai pelaut handal, sehingga sering melintas wilayah perairan Australia dan akhirnya ditangkap dan dikarantina di Australia. Dipantai utara TTU dan Belu dewasa ini banyak terdapat perahu perahu nelayan, tambak ikan dan juga rumput laut, tambak garam, yang pada dekade sebelumnya tidak pernah kelihatan. Artinya kultur masuk laut sekarang bukan lagi hanya monopoli orang rote, flores atau makasar bugis, tetapi sudah merambah orang oang Timor yang dulunya takut masuk laut. Bahkan di Wini sudah didirikan Sekolah Menengah Kejuruan perikanan dan Perkapalan. Akan lebih baik bila diikuti dengan pembukaan jurusan Maritim di Universitas Timor-Unimor di Kefamenanu TTU. Dengan wilayah laut yang sangat luas ini, harus diakui bahwa penanganan summber daya laut oleh warga local masih sangat minim baik dari sisi peralatan perahu dan daya jelah, peralatan tangkap,peralatan produksi maupun pengawetan ikan yang masih sangat sederhana, sehingga hasilnyapun tidak signifikan. Tetapi apabila dipenuhi sarana dan prasarana seperti sarana pelabuhan, coldstorage, perahu, peralatan penangkapan,jaringan pemasaran dan atau pengolahan hasil tangkapan, maka akan sangat signifikan nilai tambah ekonominya. Hasil Tangkapan No Jenis Produksi Tahun 2006 (Kg) Tahun 2007 (Kg) 1. Udang Beku 4.600 8.165 2. Lencam 57.210 69.000 3. Scampy 26.520,5 15.912 4. Crayfish 1.825 756 5. Teri Kering 16000 34.500 6. Ikan Belah Kering - 10.000 7. Cakalang 2.052.460 3.900.000 8. Tuna 59.413 - 9. Lobster 2400 - J u m l a h 2.220.425,5 4.038.333 Sumber : Data Dinas Kelautan prov.NTT. 4. Koperasi, Industri Kecil & Menengah ( Primer ) Pengembangan subsektor ini sebagai salah satu skala prioritas merupakan pilihan utama mengingat kondisi riel ekonomi di kawasan ini baik dari sisi modal, produksi dan distribusi serta dukungan perbankan masih sangat minim dan terbatas, sehingga sangat dibutuhkan intervensi dari pemerintah baik pusat maupun daerah. Pembentukan Koperasi induk yang dapat bekerjasama dengan BUMD dan pihak swasta untuk mengumpulkan modal yang besar di setiap kabupaten. Kerja sama ini dapat membentuk unit unit usaha sektor riel yang disamping berorientasi profit, juga untuk menstimulir usaha usaha ekonomi masyarakat; seperti pendirian pusat pusat grosir/riteil/mall, usaha distribusi barang dan jasa seperti penyedian kapal kapal angkutan barang dari dan keluar Timor, atau transportasi darat, usaha pertanian dan peternakan (ranche dan farming, atau perkebunan ) dan sebagainya, dengan melibatkan KUD serta kelompok kelompok usaha masyarakat lainnya. Begitu pula dengan industri kecil dan menengah, BUMD dapat bekerja sama dengan pihak swasta mendirikan unit unit usaha kecil dan menengah serta berbagai kelompok usaha masyarakat yang terfokus pada usaha usaha produksi dan distribusi dengan orientasi yang harus jelas profit. Untuk itu pengelolaannya har

PROFILE RINGKAS KAB/KOTA

Free Market Idea Go West Timor for New Province Inilah profil ringkas Kabupaten/Kota sebagai penggagas dan pendiri Provinsi Timor Barat yang akan terdiri dari : Tujuh Kabupaten/Kota defenitif yaitu : ■ Kota. Kupang, dengan ibukotanya Kupang ■ Kab. Kupang, denngan ibukotanya Kupang ■ Kab. Timor Tengah Selatan,ibukotanya Soe ■ Kab. Timor Tengah Utara, ibukotanya Kefamenanu ■ Kab. Belu, dengan ibukotanya Atambua ■ Kab. Alor dengan ibukotanya Kalabahi ■ Kab. RoteNdao, dengan ibukotanya Ba,a Tujuh Kabupaten Rencana Pemekaran yaitu : □ Kab.Sabu Raijua dengan ibukota Pantai Baru □ Kab.Amrasi-Amabi dengan ibukota Buraen/dari Kab Kupang □ Kabupaten Amfoang dengan ibukota Oepoli/dari Kab Kupang □ Kabupaten Mollo dengan Ibukota Batu Putih/Kapan/ dari Kab.TTS □ Kabupaten Amnatun dengan ibukota Oinlasi/ Kolbano/dari Kab.TTS □ Kabupaten Malaka dengan ibukota Besikama/Betun/ dari Kab Belu □ Kabupaten Pantai Utara dengan ibukota Tanjung Bastian/Ponu dari Kab.TTU. Kota Kupang Kota Kupang terletak di bagian barat pulau Timor disamping sebagai ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur juga merupakan ibukota Pemkot Kupang yang diresmikan Mendagri Moh Yogi.SM pada tanggal 25 April 1996; berdasarkan Undang Undang No.5 Tahun 1996. Terdiri atas 4 kecamatan yaitu Kec.Alak, Kec.Maulafa,Kec.Oebobo serta kec. Kelapa Lima. dengan luas sekitar 180,27 km2. Menurut data sensus 2005 penduduk Kota Kupang sebanyak 271.405 yang terdiri dari 139.277 laki laki dan 132.128 perempuan, terbagi atas sekitar 58.982 rumah tangga dengan tingkat pertumbuhan 2006 adalah sebanyak 275.066 terdiri atas 137.096 laki laki dan 137.106 perempuan. Mayoritas penduduk beragama Kristen dengan perincian : Protestan 169.851 jiwa, Katolik 62.815 jiwa,Islam 38.092 jiwa, Budha 365, Hindu 2.618 jiwa. Partisipasi angkatan kerja pada tahun 2005 adalah sebesar 73,27% dengan tingkat pengangguran sebesar 14,56%. Produk Domestik Bruto pada tahun 2003 sebesar 1.772.584 pada tahun 2005 sebesar Rp. 2.249.635. Sedangkan pendapatan percapita pada tahun 2003 sebesar Rp. 6.072.510 dan pada tahun 2005 sebesar Rp. 7.247.395 Kabupaten Kupang Kabupaten Kupang merupakan Kabupaten Kepulauan memiliki 27 buah Pulau, yang belum memiliki nama sebanyak 18 buah Pulau, sedangkan yang sudah mempunyai nama sebanyak 9 buah Pulau. Dari 27 buah Pulau tersebut yang berpenghuni sebanyak 5 buah Pulau dan yang tidak berpenghuni sebanyak 22 buah Pulau. Dan ada dua buah pulau yang merupakan pulau terluar yaitu Pulau Batek dan Pulau Ndana yang hingga saat ini tidak ada penghuninya. Khusus pada Pulau Batek Pemerintah telah menempatkan menara suar dan aparat TNI untuk berjaga-jaga ditempat itu. Kabupaten Kupang dibentuk seiring dengan pembentukan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai pemekaran dari Provinsi Sunda Kecil/Nusa Tenggara berdasarkan Undang Undang No.69 Tahun 1958. Luas Kabupaten Kupang adalah 5.898,18 km2 awalnya meliputi wilayah daratan Timor, sert kepulauan Rote dan Sabu. ( Rote dan Sabu kemudian dimekarkan menjadi kabupaten masing masing). Awalnya beribukota di Kupang, namun dalam perkembangannya sempat direncanakan untuk dipindahkan ke Sulamu, namun akhirnya dipindahkan ke Oesao. Menurut data sensus 2005, Penduduk Kab.Kupang termasuk Sabu sebesar 344.008 yang terdiri atas 171.613 laki laki dan 172.395 perempuan dan terbagi atas sekitar 77.824 rumah tangga. Partisipasi angkatan kerja pada tahun 2005 adalah sebesar 80,29% dengan tingkat pengangguran sebesar 6,23%. Produk Domestik Bruto pada tahun 2003 sebesar 1.058.144 dan pada tahun 2005 sebesar Rp. 1.273.500 Sedangkan pendapatan percapita pada tahun 2003 sebesar Rp. 2.998.070 dan pada tahun 2005 sebesar Rp. 3.389.453 Kab. Timor Tengah Selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan ibukotanya Soe dibentuk bersamaan dengan pembentukan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Tahun 1958. Undang Undang No.69 Tahun 1958. Luas wilayahnya sebesar 394. 700 km2. yang terdiri dari 23 Kecamatan, 243 Desa dan 12 kelurahan dengan batas wilayah : Sebelah Utara dengan Kab. Timor Tengah Utara, Sebelah Timur dengan Kab TTU & Kab. Belu, sebelah Selatan dengan Laut Timor sebelah barat dengan Kab Kupang. Data penduduk Kab.TTS sejumlah 415.660 jiwa yang terdiri atas 211.523 laki laki dan 207.262 perempuan dan terbagi atas sekitar 95.552 rumah tangga. Partisipasi angkatan kerja pada tahun 2005 adalah sebesar 83,06% dengan tingkat pengangguran sebesar 6,25%. Produk Domestik Bruto pada tahun 2003 sebesar 913.911 dan pada tahun 2005 sebesar Rp. 1.140.971 Sedangkan pendapatan percapita pada tahun 2003 sebesar Rp. 2.171.565 dan pada tahun 2005 sebesar Rp. 2.631.035 Kab.Timor Tengah Utara Kabupaten Timor Tengah Utara dengan ibukotanya Kefamenanu dibentuk bersamaan dengan pembentukan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Tahun 1958. Undang Undang No.69 Tahun 1958. Luas wilayah daratan sebesar 2.669,66 km2, dari total luas 8.800,83 km2, dengan batas wilayah : sebelah Utara dengan Laut Sawu dan Republic Democratic Timor leste Sebelah Timur dengan Kabupaten Belu , Sebelah Selatan dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan Sebelah Barat dengan Kabupaten Kupang . Secara administratif Kabupaten ini meliputi 9 Kecamatan, 140 desa dan 34 kelurahan dan telah mengalami pemekaran kecamatan lagi pada tahun 2007 sehingga totalnya berjumlah 22 kecamatan yaitu : Kec. Miomaffo Barat, Kec. Miomaffo Tengah, Kecamatan Musi, Kecamatan Mutis, Kecamatan Miomaffo Timur, Kec.Bikomi Nilulat, Kec.BikomiSelatan, Kec. Bikomi Tengah, Kec. Bikomi Utara, Kec. Naibenu, Kecamatan Noemuti, Kecamatan Noemuti Timur, Kec. Kota kefamenanu, Kec. Insana, Kec. Insana Utara, Kec. Insana Barat, Kec. Insana Tengah, Kec. Insana Fafinesu, Kec. Biboki Utara, Kec. Biboki Selatan, Kec.Biboki Anleu, Kec. Biboki Feotana, Kec. Biboki Moenleu dan Kec. Biboki Tan,pah Data sensus 2005, penduduk Kab.TTU sejumlah 211.616 jiwa yang terdiri atas 107.069 laki laki dan 107.069 perempuan dan terbagi atas sekitar 50.112 rumah tangga. Partisipasi angkatan kerja pada tahun 2005 adalah sebesar 83,90% dengan tingkat pengangguran sebesar 5.77%. Produk Domestik Bruto pada tahun 2003 sebesar 474.076 dan pada tahun 2005 sebesar Rp. 573.076 Sedangkan pendapatan percapita pada tahun 2003 sebesar Rp. 2.247.736 dan pada tahun 2005 sebesar Rp. 2.659.679 Kabupaten Belu Kabupaten Belu dengan ibukotanya Atambua dibentuk bersamaan dengan pembentukan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Tahun 1958. Undang Undang No.69 Tahun 1958. Luas wilayahnya sebesar 2.445,57 km2. Data sensus 2005, penduduk Kab.Belu sejumlah 358.076 jiwa yang terdiri atas 179.765 laki laki dan 178.311 perempuan dan terbagi atas sekitar 73.184 rumah tangga. Partisipasi angkatan kerja pada tahun 2005 adalah sebesar 77,20% dengan tingkat pengangguran sebesar 5.40%. Produk Domestik Bruto pada tahun 2003 sebesar 686.812 dan pada tahun 2005 sebesar Rp. 529.912 .Sedangkan pendapatan percapita pada tahun 2003 sebesar Rp. 1.930.031 dan pada tahun 2005 sebesar Rp. 2.191.031 Kabupaten Alor Kabupaten Alor dengan ibukotanya Kalabahi dibentuk bersamaan dengan pembentukan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Tahun 1958. Undang Undang No.69 Tahun 1958. Luas wilayahnya sebesar 2.864,60 km2. Data sensus 2005, penduduk Kab.Alor sejumlah 172.211 jiwa yang terdiri atas 87.405 laki laki dan 84.806 perempuan dan terbagi atas sekitar 37.764 rumah tangga. Partisipasi angkatan kerja pada tahun 2005 adalah sebesar 78,77% dengan tingkat pengangguran sebesar 6.52%. Produk Domestik Bruto pada tahun 2003 sebesar 366.386 dan pada tahun 2005 sebesar Rp. 431.325 Sedangkan pendapatan percapita pada tahun 2003 sebesar Rp. 2.076.629 dan pada tahun 2005 sebesar Rp. 2.308.286 Kabupaten RoteNdao Kabupaten Rotendao dengan ibukotanya Baa, merupakan pemekaran dari Kabupaten Kupang setelah era reformasi pada tahun 2002, dengan luas wilayah sebesar 1.280.km2. Secara administratif, Kab.Rote Ndao terdiri atas 8 Kecamatan,73 Desa dan 7 Kelurahan. Data sensus 2005, penduduk Kab.Rotendao sejumlah 105.715 jiwa yang terdiri atas 52.746 laki laki dan 52.969 perempuan dan terbagi atas sekitar 24.073 rumah tangga. Partisipasi angkatan kerja pada tahun 2005 adalah sebesar 79,53% dengan tingkat pengangguran sebesar 3.77%. Produk Domestik Bruto pada tahun 2003 sebesar 310.087 dan pada tahun 2005 sebesar Rp. 371.076 Sedangkan pendapatan percapita pada tahun 2003 sebesar Rp. 2.671.258 dan pada tahun 2005 sebesar Rp. 2.864.761 Kabupaten Sabu Raijua (Pemekaran dari Kab.Kupang ) Kabupaten Sabu dengan ibukotanya Kota Baru sementara berproses menuju Kabupaten defenitif, merupakan pemekaran dari Kabupaten Kupang Yang seluruh wilayahnya berbatasan laut dengan perairan Australia, dengan jumlah penduduk sekitar 71.755 jiwa. Kabupaten Sabu Raijua diproyeksikan akan meliputi 7 kabupaten yaitu : 1. Kecamatan Sabu Barat, seluas dengan jumlah penduduk 23.370 jiwa. 2. Kecamatan Hawu Mehara seluas 68,18 Km²dengan penduduk 13.971 jiwa 3. Kecamatan Sabu Timur seluas dengan penduduk 12.414 jiwa. 4. Kecamatan Sabu Tengah seluas dengan penduduk 6.854 jiwa. 5. Kecamatan Liae seluas 43,60 Km² dengan jumlah penduduk 8.378 jiwa 6. Kecamatan Sabu Tengah seluas dengan penduduk 6.854 jiwa 7. Kecamatan Raijua seluas 36,97 Km² dengan jumlah penduduk 6.768 jiwa. Kabupaten. Amrasi-Amabi (Pemekaran dari Kab.Kupang) Cikal bakal kabupaten Amrasi-Amabi akan merupakan pemekaran dari Kabupaten Kupang yang wilayahnya meliputi bagian barat dan pantai selatan Timor dengan rencana ibukota Buraen atau Baun. Akan terdiri dari 6 Kecamatan dengan jumlah penduduk sekitar 67.629 jiwa yaitu : 1. Kecamatan Amrasi,dengan luas wilayah 737.47 km2. meliputi 8 Desa dan satu kelurahan dengan jumlah penduduk 14.711 jiwa. 2. Kecamatan Amrasi Barat, dengan luas wilayah 205.12 km2.meliputi 7 desa 1 kelurahan dengan jumlah penduduk 14.886 jiwa 3. Kecamatan Amrasi Timur,dengan luas wilayah 162.91 Km2 meliputi 4 desa dengan jumlah penduduk 6.759 jiwa 4. Kecamatan Amrasi Selatan,dengan luas wilayah 172.81 Km2 meliputi 3 desa dan 2 kelurahan dengan jumlah penduduk 9.542 jiwa, 5. Kecamatan Amabi Oefeto dengan luas wilayah 177.63 Km2 meliputi 7 desa dengan jumlah penduduk 8.469 jiwa. 6. Kecamatan Amabi Oefetto Timur.denngan luas wilayah 236.72 Km2 meliputi 8 desa dengan jumlah penduduk 13.262 jiwa Kabupaten Amfoang (Pemekaran dari Kab.Kupang) Cikal bakal Kabupaten Amfoang akan merupakan pemekaran dari Kabupaten Kupang dengan rencana ibukotanya Naikliu atau Oepoli di Pantai Utara pulau Timor yang berbatasan langsung dengan Distric Oecussie Timor Leste dengan jumlah penduduk sekitar 60.568 jiwa. Kabupaten ini akan meliputi 6/7 kecamatan yaitu : Kecamatan Sulamu,dengan luas wilayah 270.12 km2,meliputi 6 desa dan satu kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak 13.465 jiwa. kecamatan Amfoang Utara, dengan luas wilayah 212.64 Km2 meliputi 5 desa dan satu kelurahan dengan jumlah penduduk 6.652 jiwa, Kecamatan Amfoang Selatan dengan luas wilayah 481.81 Km meliputi 10 desa dan satu kelurahan dengan jumlah penduduk 12.918 jiwa Kecamatan Amfoang Timur, dengan luas daerah 27.053 Km2 meliputi 5 desa dengan jumlah penduduk sebanyak 6.392 jiwa, Kecamatan Amfoang Barat Laut dengan Luas 428.59 Km2 meliputi 6 desa dengan jumlah penduduk sekitar : .8.871 jiwa. Kecamatan Amfoang Barat Daya dengan luas wilayah 167.61 Km meliputi 4 desa dengan jumlah penduduk 3.743 jiwa Kecamatan Fatuleu Barat dengan luas wilayah 487.96 Km2 meliputi 4 desa dengan jumlah penduduk 8.527 jiwa Kabupaten Mollo Oenam ( Pemekaran dari Kab.TTS ) Cikal bakal Kabupaten Mollo akan merupakan pemekaran dari Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan rencana ibukotanya Kapan, atau Fatumnasi yang terletak diatas pegunungan Mutis. Kabupaten Mollo Oenam diproyeksikan akan terdiri dari 6 atau lebih Kecamatan dengn jumlah penduduk sekitar 94.437 jiwa, yaitu : Kecamatan Mollo Utara dg luas 320 km terdiri dari 8 desa dg penduduk 16.279 jiwa, Kecamatan Mollo Selatan dengan luas 429 km terdiri dari 16 Desa dg penduduk 27.043 jiwa, Kecamatan Fatumnasi dengan luas 322 km terdiri dari 13 desa dengan penduduk 27.319 jiwa Kecamatan Pollen dengan luas 264 km terdiri dari 9 desa dg penduduk 13.158 jiwa. Kecamatan Oenino dg luas 216 km terdiri dari 5 desa dg penduduk 10.638 jiwa Kecamatan Mollo Barat pemekaran dari Mollo Utara. Kecamatan Mollo Tengah pemekaran dari Mollo Selatan Kecamatan pemekaran dari Fatumnasi Kabupaten Amnatun ( Pemekaran dari Kab.TTS ) Cikal bakal Kabupaten Amanatun akan merupakan pemekaran dari Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan rencana ibukotanya Oinlasi, atau Kolbano yang terletak di Pantai Selatan pulau Timor. Kabupaten Amnatun diproyeksikan akan meliputi 9 kecamatan atau lebih dengan jumlah penduduk sekitar 142.865 jiwa yang terdiri dari : 1. Kec. Kolbano dg luas 114 km terdiri dari 11 desa dan penduduk 18.129 jiwa 2. Kecamatan Kotolin dg luas 60 km terdiri dr 5 desa dg penduduk 10.152 jiwa 3. Kec. Nunkolo dg luas 106 km terdiri dr 9 desa dg penduduk 21.577 jiwa 4. Kec. Amnatun Selatan dg luas 127 km 9 desa dg penduduk 17.830 jiwa 5. Kec. Amnatun Utara dg luas 141,2 km meliputi 10 desa dg penduduk 19.284. 6. Kec. Tolanas dg luas 97 km terdiri dari 7 desa dg penduduk 11.669 jiwa 7. Kec. Boking dg luas 108 km terdiri dari 13 desa dg penduduk 13.803 jiwa 8. Kec. Kie dg luas 145 km terdiri dari 11 desa dg penduduk 19.381 jiwa 9. Kec. Batuputih dg luas 102 km terdirid ari 7 desa dg penduduk 11.040 jiwa. Kabupaten Malaka ( pemekaran dari Kab.Belu ) Cikal bakal Kabupaten Mallaka akan merupakan pemekaran dari Kabupaten Belu dengan rencana ibukotanya Betun atau Besikama yang terletak di Pantai Selatan pulau Timor dan berbatasan langsung dengan distric Suai-Covalima Timor Leste.Kabupaten Malaka diproyeksikan akan meliputi beberapa kecamatan dengan jumlah penduduk sekitar 122.512 jiwa yaitu : Kecamatan Malaka Barat jumlah penduduk 20.804 Kecamatan Malaka Timur jumlah penduduk 9.977 Kecamatan Malaka Tengah jumlah penduduk 33.969 Kecamatan Kobalima dengan jumlah penduduk 22.623 Kecamatan Sasita Mean dengan jumlah penduduk 21.334 Kecamatan Rinhat dengan penduduk 13.805 * Dewasa ini sudah ada pemekaran kecamatan dan data tersebut diambail dari sensus 2005 Kabupaten Pantai Utara (Pemekaran dari Kab.TTU) Cikal bakal Kabupaten Pantai Utara akan merupakan pemekaran dari Kabupaaten Timor Tengah Utara dengan rencana ibukotanya Tanjung Bastian (Ponu) yang terletak di Pantai utara pulau Timor. Diproyeksikan Kabupaten ini akanmeliputi beberapa kecamatan yaitu : Kecamatan Biboki Utara Kecamatan Biboki Anleu Kecamatan Biboki Moenleu Kecamatan Biboki Feotana Kecamatan Biboki Tan,pah Kecamatan Insana Utara Kecamatan Naibenu. * Data belum tersedia. Demikian profil ringkas kabupaten/Kota penggagas Provinsi Timor Barat yang diproyeksikan berjumlah 14 Kabupaten/Kota yang terdiri dari 7 Kabupaten defenitif 1 kota defenitif serta 7 Kabupaten calon pemekaran yang didalamnya 2 kabupaten sementara diproses untuk menjadi kabupaten defenitif yaitu : Kabupaten Sabu Raijua dan Kabupaten Malaka. Untuk mengetahui lebih jelas tentang potensi masing masing kabupaten dapat ditelusuri lebih lanjut pada profile masing masing kabupaten yang ada pada bank data Morris Centre. * Tulisan ini diolah dari berbagai sumber khususnya dari data statistik dan data pemerintahan daerah NTT. Copyright@ ronny abi/morris centre/01-2009 .

05 Februari 2009

Morris Centre Service
RINGKASAN SEJARAH TIMOR BARAT Timor Pada Mulanya…. Menurut beberapa sumber sejarah dan tradisi adat lisan yang ada dan terpelihara secara turu temurun, dikatakan bahwa jauh sebelum kedatangan leluhur para penguasa/raja raja Timor, sudah ada penduduk asli Timor yang dikenal dengan nama “Suku Melus”. Sesuai tradisi lisan dan cerita rakyat didaerah di Belu, suku pertama yang mendiami wilayah Timor adalah “Suku Melus”. Orang Melus di kenal dengan sebutan “Emafatuk oan ai oan”, (manusia penghuni batu dan kayu). Suku ini masih sangat primitif dan hanya mempergunakan peralatan dari batu dan kayu untuk mempertahankan hidupnya dari alam sekitar. Dari sumber sumber tulisan dari orang orang Cina serta Portugis dan Belanda diungkapkan juga bahwa leluhur para raja Timor berasal dari jasirah Malaka (Malaysia) yang datang ke Timor beberapa abad sebelum kedatangan bangsa Eropa. Ada beberapa versi yang beredar tentang asal muasal para penguasa Timor baik yang beredar di masyarakat Timor Bagian timur ( Timor Leste) maupun dibagian tengah pulau Timor yaitu Kab Belu, TTU dan TTS – NTT) maupun di bagian barat pulau Timor yaitu Kupang.Meskipun ada perbedaan versi namun muaranya hanya satu bahwa leluhur para penguasa Timor terdiri dari 4 Suku dan berasal dari jasirah Malaka, yang setelah mengalahkan suku asli Melus, akhirnya menguasai seluruh pulau Timor jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa yang kemudian membagi wilayah ini menjadi 2 yaitu Timor Portugis dan Timor Belanda. Konon mereka terdiri dari 4 suku yang dikenal dengan nama “Sina Mutin Malaka” dan mendarat pertama kali di Teluk Wetoh/Maubesi di Belu Selatan Kabupaten Belu. Menurut penelitian I.H.Doko, dalam bukunya Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Nusa Tenggara Timur dijelaskan bahwa keempat suku tersebut dibawah pimpinan 3 orang bersaudara yakni yang tertua dan sangat berpengaruh, menanam sebatang pohon Waringin didepan rumahnya sehingga disebut “Ai Hale” (bahasa Tetun) dan selanjutnya menamakan kerajaannya menjadi “Ai Hale atau We Hale”. Pemimpin kerajaan inilah yang kemudian mengambil gelar “Maromak Oan” yang berarti Putra Dewata”. Putra Kedua menanam sebatang pohon “Ai Biku” yang kemudian menamakan kerajaannya menjadi “Wewiku”. Sedangkan Saudara ketiga menanam sebatang pohon “Hatimuk” didepan rumahnya yang kemudian menamakan kerjaannya “Haitimuk”. Suku keempat pemimpinnya diambil kemudian dari keturunan putra pertama Wehale dan ia mendapat wilayah didaerah pegunungan dan kemudian kerjaannya disebut “ Fatuaruin “. Pemimpin kerjaan inilah yangkemudian bergelar “ Liurai” yang artinya memerintahkan tanah. Menurut versi lain (dikutip dari website resmi Pemda kabupaten Belu-NTT/ http://www.belukab.go.id/) Ada cerita bahwa ada tiga orang bersaudara dari tanah Malaka yang datang dan tinggal di Belu, bercampur dengan suku asli Melus. Nama ketiga saudara itu menurut para tetua adat masing – masing daerah di Belu, berlainan. Dari makoan Fatuaruin menyebutnya Nekin Mataus (Likusaen), Suku Mataus (Sonbay), dan Bara Mataus (Fatuaruin). Sedangkan Makoan asal Dirma menyebutnya Loro Sankoe (Debuluk, Welakar), Loro Banleo (Dirma, Sanleo) dan Loro Sonbay (Dawan). Namun menurut beberapa Makoan asal Besikama yang berasal dari Malaka ialah ; Wehali Nain, Wewiku Nain dan Haitimuk Naik. Sedangkan dari semua pendatang di Belu itu pimpinan dipegang oleh “Maromak Oan” Liurai Nain di Belu bagian Selatan. Bahkan menurut para peneliti asing Maromak Oan kekuasaaannya juga merambah sampai sebahagian daerah Dawan insana dan Biboki. Dalam melaksanakan tugasnya maromak Oan memiliki perpanjangan tangan yaitu Wewiku-Wehali dan Haitimuk Nain. Selain juga ada Fatuaruin, Sonbai, dan Suai Kamanasa serta Loro Lakekun, Dirma, Fialaran, maubara, Biboki dan Insana. Maromak Oan sendiri menetap di laran sebagai pusat kekuasaan kerajaan Wewiku-Wehali. Tercatat nama – nama pemimpin besar yang dikirim dari Wewiku-Wehali seperti Loro Dirma, Loro Lakekun, Biboki Nain, Harneno dan Insana Nain serta Nenometan Anas dan Fialaran. Menurut versi dan sumber tradisi adat lisan masyarakat Timor Barat yang berbahasa Dawan (TTU,TTS & Kupang) menuturkan bahwa leluhur para raja Timor berasal dari Malaka dan terdiri dari 4 orang bersaudara yang datang dan memerintah pulau Timor yaitu : Liurai Sila, Liurai Sonbai, Liurai Benu dan Liurai Afoan.Pembagian daerah kekuasaan dilakukan diatas puncak gunung Mutis secara musyawarah yaitu Daerah kekuasaan Liurai Sila terletak di bagian Timur pulau Timor yang meliputi :wilayah kab.Belu di NTT dan seluruh wilayah Timor Leste; Liurai Sonbai meliputi wilayah Utara dan Selatan pulau Timor yang meliputi Kabupaten Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan; Liurai Benu meliputi sebahagian wilayah Utara pulau Timor yaitu Distric Oecussi ( Timor Leste ), dan Liurai Afoan meliputi wilayah barat dan selatan pulau Timor ( Kabupaten Kupang ). Dalam perkembangan selanjutnya,di Timor sudah ada suatu pemerintahan yang terpusat dan tertata dengan baik dalam kerajaan Wehale yang memerintah seluruh pulau Timor dengan pemimpin utamanya Maromak Oan di Laran sebagai pusat kerajaan Wehale dengan dibantu oleh Liurai Fatuaruin sebagai Sulung, Liurai Likusaen dan Liurai Sonbai yang semuanya merupakan keturunan lanngsung dari Wehale. Liurai Likusaen wilayahnya disebelah Timur pulau Timor ( Timor Leste, sekarang) Liurai Wehale di selatan pulau Timor ( Belu Selatan, Kab.Belu NTT) Liurai Fatuaruin juga di Kabupaten Belu, serta Liurai Sonbai di bagian barat pulau Timor ( Meliputi Kab. Timor Tengah Utara, Kab.Timor Tengah Selatan dan kab. Kupang/ yang berbahasa Dawan). Kekuasaan Maromak Oan/Kerajaan Wehale-Wewiku masih menurut I.H.Doko mencakup sebahagian Pulau Flores, konon Padu Ile anak dari Patttigolo salah satu putra Maromak Oan dari Wehale menikah dengan Watulele putri gunung Ilemandiri (Flores Timur) mendirikan Kota Larantuka (tempat berhentinya orang orang dari Laran = tempat Maromak Oan). Juga Pulau Alor, Rote,Sabu dan pulau Kisar di Selatan maluku. Masih belum jelas atau kurang sumber data dan informasi sejarah, tentang bagaimana perkembangan tentang masing masing kerajaan tersebut diatas, yakni kerajaan Waiwiku, dan Haitimuk, karena yang dibahas selanjutnya lebih banyak hanya menyangkut Wehale, Futuaruin dan Sombai yang merupakan keturunan langsung Maromak Oan dari We Hale. Masih dalam perkembangan kerajaan Wehale, konon pernah terjadi perang antara Wewiku dan Wehale, juga antara Liurai Likusaen dengan Wehale dan dikalahkan. Namun kemudian dipulihkan dan Wehale berkuasa hingga kedatangan bangsa bangsa Eropa di Timor. Tentang Liurai Sonbai, menurut I Toto ahli sejarah Timor yang dikutip I.H.Doko, Liurai Sonbai yang pertama berasal dari Wehale/Belu bernama asli Nai Laban, adik dari Liurai Fatuaruin dari Wehale. Kerajaannya dikenal dengan nama kerajaan Oenam. Ia kemudian diganti oleh Nai Nati dan kemudian Nai Nati diganti oleh Nai Faluk. Nai Faluk kemudian diganti oleh Nai Lele dan sesudahnya oleh Nai Tiklua. Nai Tiklua inilah yang mulai menggunakan gelar Sonbai artinya Usif Ataupah /bahasa Dawan = raja pemilik jagad. Kerjaan Sonbai/Oenam meliputi hampir seluruh wilayah Timor bagian utara, Timor bagian selatan dan Timor bagian barat yang masyarakatnya berbahasa Dawan meliputi antara lain : Daeah Biboki, Insana, Miomaffo ( Kab.Timor Tengah Utara) Molo ( Kab.Timor Tengah Selatan ) dan Fatuleu, Kupang, Semau ( Kab Kupang ) Rote dan Sabu. Sedangkan wilayah Amanatun, Amanuban, Amarasi dan Ambenu merupakan daerah pengungsian suku suku dari Wehale maupun yang awalnya merupakan bagian (vasaal staten) dan taat kepada Raja Sonbai/Oenam, namun lama kelamaan berubah menjadi kerjaan kerjaan kecil yang otonom seiring dengan kedatangan bangsa bangnsa Eropa. Struktur Kekuasaan & Pemerintahan Asli Timor : Jauh sebelum kedatangan bangsa bangsa Eropa di Timor sudah tersusun suatu struktur msyarakat dan tata kekuasaan pemerintahan dari kerjaan Wehale maupun kerajan kerajaan lainnya sebagai berikut : Sistem dan tata pemerintahan di kerjaan Wehale dan atau bagian timur pulau Timor ( Kab.Belu & Timor Leste ) disusun sebagai berikut : Pada pucuk pimpinan tertinggi adalah Maromak Oan sebagai pimpinan tertinggi baik masalah duniawi maupun sebagai pemimpin religius/ wakil Dewa. Dalam menjalankan pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga pembantu utamanya yaitu Liurai Fatuaruin, Liurai Likusaen dan Liurai Sonbai. Para Liurai dibantu oleh para Loro, dan Loro dibantu oleh para Nai. Sedangkan struktur kerajaan Oenam/Sonbai di wilayah yang berbahasa Dawan adalah Liurai Sonbai dibantu oleh para Am- uf/Uis Pah,(seperti Biboki, Insana, Miomaffo, mollo, Amfoang dll. ) dibawah Am-uf dibantu oleh Amaf/Usif (misalnya Miomaffo terdiri 8 kefetoran yang dipimpin oleh amaf/Usif yaitu : Tunbaba, Manamas, Bikomi, noemuti, Nilulat, Noeltoko, Naktimun dan Aplal. Insana terdiri dari 5 kefetoran yaitu Oelolok, Ainan, Maubesi, Subun dan Fafinesu. Biboki terdiri dari 5 kefetoran yaitu: Ustetu, Oetasi, Bukifan, Taitoh dan Harneno.) Sistem ini berubah atau dihancurkan pada saat kedatangan bangsa bangsa Eropa yang mengikat kontrak dengan para raja raja Timor dan berlanngsung hingga jaman kemerdekaan. Kedatangan Bangsa Eropa Pelayaran bangsa bangsa eropa mengeksplorasi dunia pada mulanya mebawa tiga misi utama yang dikenal dengan nama 3 G yaitu : Gospel, Gold and Glorius. Mereka berdalih bahwa tujuan awal adalah untuk menyebarkan Injil karenanya setiap armada pasti disertakan juga para misionaris/pastor/pendeta.Sambil menyebarkan Injil mereka juga berdagang dan mencari emas/kekayaan dan karenanya mengikat kontrak dan monopoli dengan raja raja di Timor. Karena kabanyakan penduduk pribumi dinilai masih sangat terbelakang dan tidak beradab, maka untuk memperadabkan kaum pribumi hanyalah dengan kekuasaan dan pemerintahan. Dan tentunya buat mereka dalam pergaulan antar bangsa Eropa merupakan suatu kemulian. Sehingga menjadi sangat wajar bahwa sejarah masuknya agama Kristiani di Timor khususnya dan NTT pada awalnya bersentuhan erat dengan nafsu imperialism bangsa bangsa barat dan bukan semata mata sebagai misi pewartaan ajaran ajaran kristus/Injil. Menurut website Wikepedia yang mengutip catatan Antonio Pigafetta team dari ekspedisi armada Magellan dengan Kapal Victoria pernah mengunjungi Timor pada tahun 1522 membenarkan adanya kerajaan Wehali-Wewiku, dan empat raja yang berkuasa di pulau Timor. Catatan Pigafetta ini meruapakan sumber data tertulis pertama yang memuat tentang Timor agak secara terperinci.Ia Menulis antara lain : On Saturday the twenty-fifth of January, one thousand five hundred and twenty-two, we departed From the island of Mallua [Alor]. And on the Sunday following we came to a large island five leagues distant from the other, between south and southwest. And I went ashore alone to speak to the chief man of a town named Amabau, that he might give us provisions. lie answered that he would give us oxen, pigs, and goats; but we could not ag1.ee together, because he desired for an ox, too many things of which we had little. Wherefore since hunger constrained us, we retained in our ships one of their principal men with a son of his, who was from another town called Balibo. And fearing lest we kill them, they gave us six oxen, five goats, and two pigs, and to complete the number often pigs and ten goats they gave us an ox, for we had set them to this ransom. Then we sent them ashore very well pleased, for we gave them linen, cloths of silk and of cotton, knives, mirrors, and other things. It is notable that despite an 18-day sojourn on the island, Pigafetta fails to mention the presence of certain dietary staples, suggesting, perhaps, that eon was introduced by the Portuguese in historical times. While he did not speak of Timor as a new European discovery, he did, however, pass allusion to the presence on the island of the "maladie Portugaise", "Saint Job's" disease or venereal disease that could only have been passed on by travellers from the "New World", in other words by Iberian sailors. On the people of Timor, their form of government and the enduring myth of Timor gold, Pigafetta This lord of Amabau, to whom I spoke, had only women to serve him. They go all naked like the others, and wear in their ears little gold rings hanging from silk threads, and on their arms, up to the elbow, they have many bracelets of gold and of cotton. And the men go, like the women, but they have and wear on their neck certain gold rings as large and round as a trencher, and set in their hair bamboo combs garnished with gold. And some of them Wear other gold ornaments... On the other side of the island are four brothers, its kings. And where we were there are only towns, and some chiefs and lords of them. The names of the habitations of the four kings are: Oibich [Behale], Lichsana [Liquisa?], Suai, and Cabanazza [Camanassa]. Oibich is the largest town. In Cabanazza (as we were told) a quantity of gold is found in a mountain, and they purchase all their things with certain small gold pieces which they have. For once and for all Timor becomes part of the Western geographical imagination, as much an extension of Cartesian space: All this island is inhabited, and it is very long from east to west but not very wide from south to north. It is in the latitude often degrees towards the Antarctic Pole, and in the longitude of one hundred and sixty-four and a half degrees from the line of partition, and it is named Timor. ( Dikutip dari situs resmi Pemerintah Timor leste tentang Sejarah Timor). Pada tahun 1566 Portugis telah mendirikan sebuah benteng di Pulau Solor/Flores. Dan para prianya menikah dengan para wanita pribumi dan kemudian melahirkan suatu golongan Indo-Portugis yang dalm sejarah kemudian lebih dikenal dengan nama “Topasses” atau Portugis Hitam. Sedangkan Belanda tiba di Kupang/Timor Barat pada tahun 1613 dibawah pimpinan Apollonius Scot , setelah sebelumnya mereka menyerang benteng Portugis di Solor dan kemudian menganti namanya menjadi “Ford Hendricus”. Dan karena Portugis tersdesak akhirnya mengungsi ke Larantuka ( Flores Timur ) dan kemmali menyerang ford Hendricus yang jatuh kembali ke tangan Portugis antara 1625-1629, namun akhirnya pada tahun 1653 direbut kembali oleh Belanda dan Portugis terpaksa mengungsi ke bentengnya Kupang yang telah dibuat antara tahun 1640-1645 oleh beberapa pedagang dan Pastor Portugis. Meskipun Belanda sudah pernah mendarat di Kupang pada 1613, namun tidak pernah menetap disana dan mereka balik ke Solor dan Batavia. Baru pada tahun 1657 setelah VOC terbentuk pada tahun 1602 di Batavia, mengirimkan sebuah armada untuk menghancurkan Portugis di Kupang dan kemudian mendirikan sebuah benteng di sana “Fort Concordia” dan selanjutnya mengadakan kontrak dengan raja raja Timor. Sedangkan Portugis memindahkan pusat kekuasaannya ke Lifau/Oecussi disebelah utara pulau Timor dan bertahan disana. Pada saat Belanda tiba di Kupang (Timor barat ) disana hanya ada 2 kerajaan yaitu Kerajaan Helong dengan rajanya Naikopan, yang kemudian diganti oleh Bissing Lissing dan Kerajaan Amarasi dengan rajanya Nai Nafi Rasi yang berasal dari Wehali. Namun dalam periode 1650-1655 telah hadir 4 kerajaan kecil di Kupang dan sekitarnya yang merupakan pengunsi dari pedalaman Timor yaitu : Kerajaan Sonbai Kecil berpusat di Bakunase, Kerajaan Funai dari Amanuban yang berpusat di Oepura, serta kerajaan Am Abi Oefeto dan Am Abi Niki Niki yang awalnya menetap di Biloto, kemudian di Babau, kemudian di Liliba dan terakhir berpusat di Oepura. Kerajaan terakhir adalah Taebenu dari Mollo yang menetap di Baumatta dan kemudian pinda lagi di Mantasi. Lima kerajaan inilah yang pertama tama mengadakan kontrak dengan VOC/Belanda dan pada tahun 1659 raja Sobai kecil,raja Helong dan raja Am Abi Dibawah Belanda ke Batavia untuk menyaksikan langsung kekuatan dan kekayaan VOC. Pada tahun 1756 raja Wehali Liurai Jacinto Correia bersama dengan 14 raja raja dari Timor,Solor,dan Sumba mengadakan kontrak dagang dengan VOC Belanda melalui Komisaris Tinggi Johanes Andreas Paravicini. Dalam kontract ini raja Wehali juga menngatasnamakan raja raja koloninya yaitu : Dirma, Lakekun, Samoro, Fatulete, Letisoli, Batuboro, Lanqueiro, Suai, Atsabe, Reimeia, Diribate, Maroba, Lidak, Jenilu, Sukunaba, Biboki and Insana, Wewiku, Manufai, Tiris, Alas, Luca, Viqueque, Corara and Banibani Melalui perjanjian ini, Belanda berharap secara otomatis akan mencakup juga kekuasaan terhadap raja raja yang berada di wilayah Timur (Timor Leste) namun raja Wehali menolak itu dan ia lebih berperan sebagai pembatas dan penengah antara Belanda di Barat dan Portugis di Timur. Bersambung. Tulisan ini diolah dari berbagai sumber khususnya situs situs internet. Copyright@ ronny abi/morris centre/01-2009 .