13 Februari 2009

DATA & FAKTA : TIMOR BARAT LAYAK JADI PROVINSI

Free Market Idea DATA, FAKTA & POTENSI TIMOR BARAT LAYAK JADI PROVINSI BARU I. Rencana Wilayah Wilayah cikal bakal Provinsi Timor Barat direncanakan meliputi : 1. Meliputi Ex. Wilayah Afdelingen Timor en Eilanden yang berdasarkan Zelfbestuurs regeling Pemerintah Belanda Tahun. 1938 yaitu : pulau Timor (barat), Pulau Rote, Pulau Sabu, Kepulauan Pulau Alor dan Pantar. Dengan total luas daratan sebesar 19.265.00 km2. dengan perincian pulau Timor (barat) seluas :14.394.90 km2, Pulau Rote : 1.214,30 km2, Sabu : 421,70 km2, Alor : 2.073,40 km2, Pantar : 711,80 km2 2. Jumlah Kabupaten/Kota sebagai pendiri provinsi baru ini diproyeksikan sekitar 14-16 kabupaten kota yang terdiri atas 7 Kabupaten/Kota defenitif dan 7 kabupaten pemekaran, dengan jumlah 138 kecamatan, 1033 buah desa dan 153 kelurahan. Luas masing masing kabupaten adalah sebagai berikut : Kab.Kupang : 5.898,26 km2, Kab.TTS : 3.947,00 km2, Kab.TTU : 2.669,60 km2, Kab.Belu : 2.445,57 km2, Kab.Alor : 2.864,60 km2, Kota Kupang : 160,34 km2 dan Kab.RoteNdao : 1.280,00 km2.( Sumber : Buku Provinsi NTT dalam Angka Tahun 2007, BPS Prov. NTT & Brosur No. 30 Tahun 1979 - Dit. Agraria Prop. Dati I NTT) 3. Kabupaten/Kota defenitif adalah Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan/TTS, Kabupaten Timor Tengah Utara/TTU, Kabupaten Belu, Kabupaten Alor, ( dibentuk pada Desember 1958 ) Kota Kupang dibentuk pada 1996 dan Kabupaten RoteNdao ( dibentuk pada 2003 ) 4. Kabupaten pemekaran diproyeksikan terdiri dari Kabupaten Sabu-Raijua/proses defenitif, Kabupaten Amarasi-Amabi, Kabupaten Amfoang ( dari Kabupaten Kupang ) Kabupaten Mollo dan Kabupaten Amnatun ( dari Kabupaten TTS ) Kabupaten Malaka/proses defenitif ( dari Kabupaten Belu ) serta Kabupaten Pantai Utara ( dari sebagian wilayah Kab Belu & wilayah Kab TTU/Biboki) 5. Rencana Ibukota Provinsi Timor Barat juga ada beberapa alternatif yaitu : a. Kupang. Dari sisi kesiapan dan infrastruktur kota ini paling siap, karena sebelumnya merupakan ibukota dari Provinsi NTT, ibukota Kota Kupang dan juga ibukota Kabupaten Kupang. b. Atambua. Dari sisi kesiapan infrastruktur kota ini juga sangat siap menjadi ibukota Provinsi Timor Barat, karena statusnya kini adalah ibukota Kabupaten Belu dan berbatasan langsung dengan wilayah Daratan Negara Timor Leste dan didukung prasarana yang cukup memadai. Tujuh Kabupaten/Kota defenitif yaitu : ■ Kota. Kupang, dengan ibukotanya Kupang ■ Kab. Kupang, dengan ibukotanya Kupang/Oesao ■ Kab. TTS, ibukotanya Soe ■ Kab. TTU, ibukotanya Kefamenanu ■ Kab. Belu, dengan ibukotanya Atambua ■ Kab. Alor dengan ibukotanya Kalabahi ■ Kab. RoteNdao, dengan ibukotanya Ba,a Tujuh Kabupaten Rencana Pemekaran yaitu : □ Kab.Sabu Raijua dengan ibukota Pantai Baru □ Kab.Amrasi-Amabi dengan ibukota Buraen/dari Kab Kupang □ Kabupaten Amfoang dengan ibukota Oepoli/dari Kab Kupang □ Kabupaten Mollo dengan Ibukota Batu Putih/Kapan/ dari Kab.TTS □ Kabupaten Amnatun dengan ibukota Oinlasi/ Kolbano/dari Kab.TTS □ Kabupaten Malaka dengan ibukota Besikama/Betun/ dari Kab Belu □ Kabupaten Pantai Utara dengan ibukota Tanjung Bastian/Ponu (Penggabungan sebagian wilayah kab.Belu dan sebagian dari Kab TTU) II. Jumlah Penduduk 1. Total jumlah penduduk dari 7 Kabupaten definitif penggagas/pendiri Provinsi Timor Barat sesuai data statistik provinsi NTT tahun 2007 Sebesar :2.068.084 jiwa. 2. Penyebaran penduduk bila dihitung berdasarkan penduduk per Kota/Kabupaten adalah sebagai berikut : a. Kota Kupang.data th 2007: 286.299. jiwa. b. Kab. Kupang.data th. 2007 : 373.633. jiwa. c. Kabupaten TTS.data th. 2007: 415.660 jiwa. d. Kabupaten TTU data 2007 : 211.616 jiwa. e. Kabupaten Belu,data th. 2007 : 418.004 jiwa. f. Kabupaten Alor,data 2007 : 178.964 jiwa. g. Kabupaten RoteNdao th. 2007 : 112.153 jiwa. (Bandingkan dengan Jumlah Penduduk, Luas Daerah, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten di seluruh NTT, Tahun 2006, dibawah ini ) No Kabupaten Jumlah Penduduk Luas Daerah Kepadatan Penduduk 1 Sumba Barat 409.851 4.051,92 101,15 2 Sumba Timur 217.454 7.000,50 31,06 3 Kupang 362.790 5.898,26 61,51 4 TTS 412.353 3.947,00 104,47 5 TTU 209.037 2.669,66 78,30 6 Belu 394.810 2.445,57 161,44 7 Alor 177.009 2.864,60 61,79 8 Lembata 102.344 1.266,38 80,82 9 Flotim 225.268 1.812,85 124,26 10 Sikka 275.936 1.731,92 159,32 11 Ende 237.555 2.046,62 116,07 12 Ngada 250.305 3.037,88 82,39 13 Manggarai 495.136 4.188,90 118,20 14 RoteNdao 110.617 1.280,00 86,42 15 Manggarai Barat 195.532 2.947,50 66,34 16 Kota Kupang 279.124 160,34 1.740,83 NTT 4.355.121 47.349,90 91,98 Sumber : Hasil Survei Penduduk Antar Sensus 2006, BPS Prov. NTT III. Infrastruktur/Sarana & Prasarana : Cikal bakal Provinsi Timor Barat ditinjau dari kesiapan infrastruktur dasar, khususnya sarana dan prasarana wilayah darat,laut dan udara, sangat memadai dengan apa yang sudah ada dan bila terwujud pemakaran provinsi ini, maka akan semakin mempercepat pembangunan infrastuktur di kawasan perbatasan negara Indonesia dengan Timor Leste dengan gambaran sebagai berikut : 1. Bandar Udara di pulau Timor ( barat ) terdapat dua yaitu : Bandara Eltari di Kupang jenis kelas I dengan elevasi 102 dan run way sepanjang 2500 meter dan lebar 450 meter, dan dapat didarati oleh pesawat Boeing 737 dengan frekwensi penerbangan setiap hari Kupang Jawa Bali dan beberapa pulau di NTT dan Indonesia Timur yang dilayani oleh sekitar 8 Maskapai. Lainnya Bandar udara perintis diantaranya di Haliwen- Atambua di Kab.Belu,dengan elevasi 437 dan runway 900 meter kali 23 meter, juga di Alor yaitu Bandar udara Mali dengan elevasi 397 dan runway 900 meter kali 23 meter, yang dapat didarati pesawat jenis Casa setiap hari dari Kupang. Di Rote juga terdapat juga Bandar udara perintis kelas V Lekunik dengan elevasi 160 dan run way 900 meter kali 23 meter, yang dapat didarati juga oleh jenis Casa. Sama juga di Sabu yakni Bandar udara perintis Terdamu, dengan elevasi 14 dan run way 900 meter kali 23 meter. Bahkan pada dekade pada awal 60-an Misi Katolik di Atambua,dengan dimotori oleh bruder bruder dari Jerman ingin membuat pesawat sendiri di Nenuk, dan juga penyiapan bandaranya. Hingga era-80-an body pesawat dan mesin rancang struktur pesawat pesawat tersebut masih kelihatan di Nenuk Atambua, dan lokasi rencana bandara akhirnya dijadikan lokasi STM Nenuk sekarang. Konon, tidak mendapat ijin dari pemrintah pusat ? Artinya sudah ada planning yang tepat dari pihak swasta akan moda transportasi yang cocok untuk wilayah ini pada saat itu. 2. Moda transportasi laut di Timor dan pulau pluanya dilayani oleh 6 Kapal Ferry penyebarangan yaitu : Rokatenda, Ile Ape, Lle Mandiri, Balibo, Uma Kalada dan Pulau Sabu yang dikelola oleh perusahaan daerah Flobamora dan ASDP.Di Alor ada dua yaitu :Inerie dan Nanpamor.Untuk Jenis Kapal Cepat Ro ro ada dua yangmenghubungkan Kupang-Flores dan Surabaya yaitu :Kirana & Titian Nusantara. Sedangkan kapal kapal Pelni yang berjadwal tetap melayani route Luar NTT Kupang ada 7 armada yaitu Kapal :Dobonsolo, Kelimutu, Tatamailau,Sirimau,Willis,Awu dan beberapa pelayaran perintis oleh PD Flobamora yaitu :Nemberala dan Nangalala. Adapun jaringan pelayaran berjadwal tetap yang menghubungkan Timor dengan daerah lain di Indonesia dilakukn oleh Kapal kapal Pelni, sedangkan yeng menghubungkan timor dengan pulau pulaunya serta wilayh NTT adalah yang dikelola oleh swasta dan perusahaan Daerah.Pelabuhan Laut yang terbesar adalah Tenau Kupang berupa pelabuhan samudera, dan di pulau Timor terdapat beberapa pelabuhan yaitu, di Kabupaten Kupang, terdapat pelabuhan ferry BolokI & II, yang menghubungkan Kupang dengan pulau pulau lain di NTT, dan Atapupu di Belu, serta dermaga Kalabahi di Alor. Sedangkan untuk pelabuhan kecil untuk nelayan/ferry untuk transportasi barang terdapat pelabuhan Sulamu, Naikliu, Hansisi di Pulau Semau, Raijua di Sabu, Pantai Baru di Rote, Wini Di Kabupaten TTU, TabloLong di pantai selatan Kupang. 3. Seluruh wilayah pulau Timor (barat) hampir seluruh kota kabupaten dan Kecamatan relatif dapat dijangkau melalui transportasi darat kendaraan roda empat yang dihubungkan oleh jaringan jalan darat ( jalan negara.provinsi, dan kabupaten) Total panjang jalan negara di NTT adalah :1.273 Km.Dari ruas jalan negara tersebut sepanjang 305.35 Km, berada di Timor Barat dengan perincian : Kab.Kupang sepanjang 65.10 Km, Kab.TTS sepanjang :88.35 Km, Kab.TTU sepanjang :78.90 Km dan Kab.Belu sepanjang : 73.00 Km. Sedangkan Kota Kupang, Kab Alor dan Kab. Rote Ndao tidak tersedia datanya. Dari sisi jalan yang sudah beraspal Kab Kupang sepanjang :675.97 Km, TTS sepanjang :627.74 Km, TTU sepanjang: 348.98 Km, Belu sepanjang :494.88 Km, Alor sepanjang :412.20 Km, Kota Kupang sepanjang : 634.97 Km, dan Rotendao belum ada datanya.Total jalan beraspal di Timor Barat dan pulau pulaunya sepanjang :3.194.74 Km yang menghubungkan Kota kota Kabupaten dengan Kecamatan dan desa. 4. Apabila provinsi Timor Barat dapat diwujudkan maka pembangunan sarana infrastruktur jalan di wilayah ini akan diproyeksikan untuk membuka daerah daerah terisolir dan mempercepat terintegrasinya jaringan jalan darat di Timor barat dengan poros utama Trans Timor Raya yang menghubungkan Kupang sampai ke Dilli ( Timor Leste ) dengan dua poros tambahan sebagai berikut : a. Trans Timor Raya. Merupakan jalan peninggalan Belanda, yang kemudian pada sekitar tahun 1975- 1980 dalam rangka integrasi Timor Portugis mulai dibangun dan diaspal dari Kota Kupang di Timor Barat sampai dengan Motaain di Belu perbatasan dengan Timor Timur, dan setelah integrasi dilanjutkan hingga ke Dilli Timor Leste dengan melalui Kota Soe, ibukota Kab.TTS, Kota Kefamenanu ibukota Kab.TTU, Kota Atambua ibukota Kab.Belu, dengan panjang sekitar 300 km. Kemudian ada juga jalan Negara sekitar 20 km dari Kefamenanu sampai dengan Napan/Oelfaub perbatasan dengan District Oecussie. Kondisi jalan kedua jalan negara tersebut cukup baik dan selalu terawat. b. Trans Timor Raya bagian selatan berupa jalan provinsi dan jalan kabupaten yang sudah dirintis sejak tahun 80-an dan kini sementara ditingkatkan untuk menjadi salah satu akses utama jalur selatan pulau Timor, dimulai dari Batu Putih (kabupaten TTS, melingkar diselatan menyusuri pantai Bena/Kolbano, Bokong dan Oinlasi - Putain (Kab.TTS) dan seterusnya melewati Kotafoun,Weo,Besikama dan berujung di Betun (Kab.Belu) yang berbatasan dengan District Suai/Covalima Timor Leste. Beberapa titik dari jalur ini masih adalah jalan kabupaten berupa jalan tanah yang diperkeras. c. Trans Timor Raya bagian Utara juga merupakan jalan provinsi /Kabupaten dimulai dari Kupang melalui Sulamu, hingga ke Oepoli/Amfoang yang berbatasan dengan District Oecussie (Timor leste) yang selama ini dilaksanakan oleh Pemda Kab Kupang untuk kemudian menyambung ke Miomaffo Barat, Eban, Noetoko, Nilulat, dan jalan negara Napan, kemudian Bitefa Bakitolas , Wini ( TTU) perbatasan dg District Oecussi-Timor Leste, dan selanjutnya menyambung ke jalan negara pantai Utara TTU, hingga ke jalan negara tran Timor di Atapupu ( Kab Belu.perbatasan dengan Timor Leste). Beberapa titik dari jaringan jalan ini sudah teraspal dan terawatt baik. 5. Di Kabupaten Alor, Rote dan Sabu juga terdapat beberapa ruas, jalan provinsi dan Kabupaten yang menghubungkan kota kabupaten dengan beberapa kota kecamatan. 6. Dari kesiapan infrastruktur dasar ketiga matra tersebut, hanya membutuhkan peningkatan fisik, dan management operasional, serta fokus pada matra laut, seperti penambahan sarana dan prasaran pelabuhan laut, bobot dan kapasitas angkut ferry/kapal penyeberangan baik anta pulau maupun luar pulau dengan wilayah provinsi sekitar seperti pulau pulu di NTT,NTB dan Bali serta Maluku, dan Sulawesi selatan, serta negara tentanga Timor Leste. Sebagai perbandingan dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : No. Kab/ Kota Aspal/ Km Kerikil/ KM Tanah/ Km Lainnya/ KM 1 Kupang 675.97 905.30 408.30 0.00 2 TTS 627.74 363.50 533.80 273.97 3 TTU 348.98 461.17 251.89 11.23 4 Belu 494.88 225.35 199.30 0.00 5 Alor 412.20 81.35 780.34 0.00 6 Lembata 167.05 146.20 109.70 0.00 7 Flores Timur 491.80 185.88 141.00 0.00 8 Sikka 535.74 118.62 328.12 127.11 9 Ende 617.67 69.35 340.74 48.00 10 Ngada 658.67 243.80 506.95 0.00 11 Manggarai 946.00 532.95 844.67 0.00 12 Manggarai Barat - - - - 13 Sumba Barat 738.24 116.68 332.90 0.00 14 Sumba Timur 660.42 508.20 408.30 0.00 15 Rote Ndao - - - - 16 Kota Kupang 634.97 116.68 332.90 0.00 Panjang Jalan Menurut Permukaan di seluruh Kab di NTT : Panjang Jalan Menurut Status Jalan : No. Kab/ Kota NEGARA PROVINSI KABUPATEN 1 Kupang 65.10 545.82 1.169.00 2 TTS 88.35 241.09 1.469.19 3 TTU 78.90 213.27 781.50 4 Belu 73.00 169.60 676.93 5 Alor 0.00 170.00 1.104.53 6 Lembata 0.00 52.45 370.50 7 Flores Timur 66.90 172.90 578.88 8 Sikka 121.13 112.61 748.74 9 Ende 131.10 964.63 828.50 10 Ngada 127.42 570.25 768.75 11 Manggarai 22.60 431.50 1.669.52 12 Manggarai Barat - - - 13 Sumba Barat 11.60 207.04 869.18 14 Sumba Timur 67.90 407.62 1.101.40 15 Rote Ndao - - - 16 Kota Kupang 0.00 666.14 0.00 7. Kelistrikan. Memang harus diakui bahwa persoalan kelistrikan di cikal bakal provinsi baru ini agak krusial, karena PLN setempat masih mengandalkan PLTD (Diesel) yang menggunakan BBM Solar. Akan lebih effisien apabila PLN mulai melakukan terobosan untuk PLTU dengan batubara/gas. Dan sempat terbetik berita bahwa sementara lagi diteliti untuk dikembangkan PLT Angin di Daerah Timor Tengah Selatan. Dengan daya listrik yang sangat minim, akibatnya tidak ada peningkatan proses produksi/indutri di Timor Barat, seperti pabrik pabrik, Industri menengah-kecil dan home industri lainnya, karena pasokan listrik sangat kecil dayanya dan tidak mencukupi. 8. Telekomunikasi, dewasa ini sangat baik bahkan hamper seluruh daerah terpencil sudah dapat dijangkau dengan mobile phone melalui program Rural communication Development. IV. Pengadaan Sumber Daya Air Baku. Persoalan pengadaan dan pengelolaan sumber daya air baku, menjadi masalah pelik dan serius bukan hanya untuk cikal bakal provinsi ini, tetapi hampir menyeluruh diseluruh wilayah Nusa Tenggara akibat faktor alam yang beriklim kering. Namun bukan berarti tidak ada solusi.Adapun solusi yang tepat untuk mengatasi persoalan ini ada beberapa program yang dapat diterapkan seperti : 1. Pembuatan bendungan raksasa dan cekdam. Di Timor barat ada beberapa sungai besar dan sungai kecil yang pada musim hujan airnya meluap dan pada musim kering airnya menyusut bahkan kering sama sekali. Untuk itu pembuatan bendungan raksasa di hulu/DAS sungai sungai besar, merupakan alternatif dan solusi yang tepat.Sedangkan untuk kali kali sedang dan kecil dapat dibuatkan bendungan biasa/cekdam. Beberapa sungai besar/kecil di Kab Kupang yang dapat dipilih untuk dibuatkan sebuah Bendungan raksasa seperti Tilong. Sebagai contoh Sungai Noilmina di Kab Kupang & TTS, dapat dibuatkan bendungan raksasa. Begitu juga hulu/DAS sungai Benenain di Kabupaten TTS dan TTU juga dapat dibuatkan bendungan raksasa. Dipantai Utara TTU dapat dibuatkan bendungan raksasa di Mena. Di Kabupaten Belu dapat dibuatkan bendungan di sekitar kawasan gunung Lakaan. Memang biayanya sangat besar, tapi bila untuk kemajuan masyarakat dan daerah mengapa tidak. Karena dengan adanya persediaan air yang baik akan mendorong segala usaha dapat berkembang. Kenapa di Jawa banyak dibangun bendungan raksasa meskipun relatif kelimpahan air, sedangkan di Timor yang untuk minum saja susah harus mengemis ngemis kepada LSM internasional dan misi hanya untuk membangun embung embung kecil yang hilang saat musim hujan ? Sebagai bangsa harusnya malu, bahwa masih ada warganya yang mati bukan karena kelaparan tapi karena ktiadaan air minum, sesuatu hal yang dijaman manusia purba tidak pernah terjadi. Kog bisa terjadi dijaman modern sekarang ini. 2. Langkah ini jauh sebelumnya yakni pada tahun 1960-70-an oleh misi Katolik di Timor sudah direncanakan untuk membuat sebuah bendungan raksasa di Fatumtasa Kec.Insana Utara, guna membendung sungai dari Manamas dan dari Jak, yang bila terealisir akan dapat mengairi persawahan seluruh dataran rendah Sekon di Insana, Maubesi ,pantai utara di Biboki, Maurisu di Miomaffo Timur dan bahkan sampai dengan Noemuti serta menjadi pembangkit tenaga listrik yang cukup besar untuk wilayah Kab TTU,Belu dan sebagian wilayah TTS. Hal ini sudah dilakukan dengan pemasangan alat pengukur debit air di sungai Fatumtasa. Artinya apa ? Bahwa pihak swasta yang notabene adalah orang orang bule, sudah memiliki jangkauan pemikiran jauh kedepan dan planing yang sangat future dan sangat jelas berorientasi kepada kemaslahatan dan kesejahteraan umat, bukan yang bersifat proyek. 3. Usaha ini sudah dilakukan di Kupang dengan Bendungan Tilong, di TTU ada bendungan Oenopu dan beberapa kabupaten, namun ukurannya masih sangat kecil dan managemen perawatannya sangat minim.Bahkan dewasa ini hampir seluruh pemda berlomba lomba untuk membangun embung embung kecil yang esensinya bukan untuk mengatasi masalah air minum tetapi untuk menghabiskan anggaran saja proyek. Karena embung embung kecil ini hanya berupa onggokan tanah yang membentung saluran saluran kali kecil yang bila musim hujan dengan adanya banjir lantas menghayutkan seluruh onggokan tanah dan pada musim kemarau embungnya sudah tidak berbekas lagi, apalagi yang diharapkan untuk menampung air. 4. Krisis pengadaan air baku di Timor Barat sedikit banyaknya disebabkan oleh pola bertani dengan sistem tebas bakar. Hal ini berakibat fatal dimana setiap musim tanam akan mengakibatkan dua wilayah gundul yakni lahan yang ditanam serta lahan yang pohon pohonnya dipotong untuk menjadi pagar. Karena itu, harus ditegakan aturan dan tidak boleh kompromi soal hutan lindung di kawasan kawasan pegunungan untuk penyerapan air tanah, serta larangan memanffatkan bantaran kali, sungai, situ, danau menjadi lahan pertanian. Misalnya kawasan Mutis,di TTS dan TTU, Kawasan Fatuleu, Timau di Kupang, Kawasan Kolbano di TTS, kawasan Sonmahole di TTU dan Belu, Kawasan Lakaan dan Kateri di Belu, begitupun di Alor, Rote dan Sabu, yang akan menjadi sumber utama penyediaan air baku. V. Potensi Ekonomi 1. Potensi Peternakan ( Primer): Sejarah telah menunjukkan bahwa Timor Barat merupakan daerah yang cocok unntuk pengembangan ternak besar (Sapi, Kerbau, dan Kuda ) khususnya Sapi Bali, yang didatangkan pertama kali oleh pemerintahan Belanda dari Bali ke Timor sekitar awal abad 19 yang cocok dan berkemmbang pesat Timor sehingga dikenal dengan nama Sapi Bali Asli Timor. Karena itu provinsi baru ini akan menjadikan sektor peternakan khususnya sapi bali sebagai sektor utama, paling tidak mengembalikan posisi Timor barat sebagai gudang ternak sapi bali untuk tingkat nasional. Lahan dan kondisi geografis yang masih cukup tersedia di Kabupaten Kabupaten Kupang.TTS,TTU,Belu & Rote serta daya tahan dan adaptasi sapi Bali yang cukup tinggi, sangat berpotensi untuk dikembangan di Timor Barat, apa lagi hamper seluruh rumah tangga memiliki pemahaman dan pengalaman pemeliharaan jenis ternak ini, meski masih sangat konvensional. Beberapa decade lalu, Timor Barat sangat terkenal sebagai gudang ternak Sapi Bali ( potong dan bibit ) untuk pemasok daging tingkat nasional, yang kini dikembangkan di sumatera dan Sulawesi. Bahkan era 70-80-an Sapi Bali Asli Timor dapat dieksport hingga ke Hongkong, Makao, Taiwan dan RRC. Juga jauh sebelum ada industri makanan di tingkat nasional, di Kupang telah dirintis pendirian pabrik swasta daging sapi “Icaf” Oleh H.Nisnoni raja Kupang pada awal pendirian propinsi NTT hingga akhirnya bangkrut pada awal tahun 70-an. Pada era ini pula di Ponu/Kab TTU, sebuah perusahaan PMA dari Australia telah mendirikan peternakan Sapi diatas lahan ribuan hektar dan sangat bekembang pesat. Baru pada tahun 1975-1977, ketika pergolaakan untuk integrasi Timor Portugis ke Indonesia, akhirnya bubar dan tidak terurus.Sampai sekarang masih terlihat sapi sapi blasteran kawin silang sapi Australi dengan Sapi Bali Timor di sepanjang jalan pantai utara Wini-Atapupu peninggalan ranhce Australi tersebut. Artinya wilayah ini cocok dan sangat berpotensi untuk pengembangan sapi Bali Timor, yang bila dikelola secara baik, modern, dan melibatkan modal/invetasi maka akan menjadi andalan utama perekonomian provinsi baru ini. Hal ini sudah dibuktikan oleh perusahaan dari Australia, jadi bukan angan angan. Herannya, mengapa pemerintah daerah tidak pernah mau menjalankan program program ini, tetapi mengeluh terus ke Jakarta minta anggaran dengan alasan daerah miskin.Artinya selama ini ada yang salah urus dengan Timor Barat, dengan motivasi untuk melanggengkan kemiskinan demi tujuan politis oleh segelintir “belanda hitam” di NTT.Coba lihat betapa potensi ternak yang dimiliki oleh wilayah Timor Barat sebagaimana data dibawah ini : POPULASI TERNAK BESAR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2006 No Kabupaten / Kota Sapi Kerbau Kuda 1 Kab. Kupang 139.081 7.279 12.261 2 Kab.Timor Tengah Selatan 121.325 529 4.878 3 Kab.Timor Tengah Utara 59.417 736 2.348 4 Kab. Belu 96.374 2.602 3.839 5 Kab. Alor 1.295 13 148 6 Kab. Rote Ndao 14.795 10.497 4.404 7 Kota Kupang 3.447 34 53 Jumlah 434.439 21.690 24.092 POPULASI TERNAK KECIL DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2006 No Kabupaten / Kota Babi Kambing Domba 3. Kupang 102.574 81.909 30.985 4. Timor Tengah Selatan 263.781 36.197 - 5. Timor Tengah Utara 62.520 16.757 36 6. Belu 99.075 12.520 26 7. Alor 65.382 26.557 6 14. Rote Ndao 61.930 31.965 20.128 16. Kota Kupang 22.028 4.207 36 Jumlah 677.290 210.112 51.211 2. Pertanian & Perkebunan ( Primer ) Potensi lain yang juga dimiliki oleh wilayah ini disektor pertanian adalah jagung, singkong, palawija dan agroindustri seperti sayur mayur dan buah buahan. Jagung, singkong serta kacang kacangan akan menjadi pilihan prioritas utama kedua untuk sektor primer guna mendukung peternakan. Karena jagung merupakan salah satu makan utama penduduk. Dengan pilihan prioritas utama adalah ternak sapi bali, maka fokus pada tanaman jagung harus menjadi prioritas karena disamping sebagai bahan makanan pokok, juga sebagai sumber utama pakan ternak. Dan untuk itu harus dikembangkan secara besar besaran dan modern tidak hanya mengandalkan sistem konvensional dengan para petani desa, tetapi melibatkan investasi modal swasta, misalnya perkebunan, pabrik pengolahan pakan ternak dan sebagainya. Hal ini akan mendorong para petani untuk rajin berproduksi karena harga harganya akan menjadi sangat ekonomis, dan pemerintah harus berani berani berinvestasi untuk sektor ini baik melalui BUMD maupun kerja sama dengan pihak swasta. Sebagai contoh pada tahun 2007 total produksi jagung di NTT adalah 517.339 ton, sedangkan Gorontalo yang kini dikenal sebagai sentra jagung hanya berproduksi sekitar :367.264 ton. Dari 8 provinsi penghasil utama jagung NTT menduduki posisi ke enam dengan urutan sebagai berikut : Jawa Timur :4.393.656 ton, Jawa Tengah :2.206.639 ton, Lampung : 1.339.074 ton,Sulawesi Selatan:896.839 ton,Sumatera Utara:788.093 ton, NTT:571.782 ton,Jawa Barat : 547.488, Gorontalo :367.264 ton. Khusus untuk tanaman agroindustri seperti fanilli, cengkeh, sayur mayur dan buah buahan yang sekarang sudah berkembang baik di Alor serta dataran tinggi Mutis, kiranya dapat dikembangkan baik untuk memenuhi pasar lokal maupun untuk pasar nasional. Di Soe/TTS dan Eban TTU pada era 60-70 an terkenal dengan produksi apel malang jeruk yang sangat manis, sayur mayur dan buah buahan, yang akhirnya hilang pada era 80-an dan hanya menjadi dongeng, dan sekarang untuk makan sayur sayuran segar dan buah buahan harus datangkan dari Jawa. Sungguh sangat tragis. Di Kupang dan TTU serta Belu dulu sangat terkenal dengan produksi bawang putih dan bawang merah, kenapa sekarang hilang dan harus datangkan dari luar NTT ? Atau misalnya kunyit, hampir seluruh wilayah daratan Timor menjadi hutan kunyit pada era 70-an, kenapa tidak dikebangkan seperti perkebunan dan justru sekarang menghilang padahal sangat bernilai ekonomis bila dikelola baik. Artinya ada yang salah urus selama ini untuk tetap melestarikan kemiskinan di Timor Barat demi tujuan politis. TABEL PRODUKSI PERKEBUNAN TANAMAN PADI DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2006 No. Kabupaten / Kota Luas Areal (ha) Jumlah Produksi (ton) 3. Kupang 12.161 36.458 4. Timor Tengah Selatan 4.140 13.745 5. Timor Tengah Utara 8.165 23.468 6. Belu 5.717 18.331 7. Alor 3.570 7.426 14. Rote Ndao 9.646 30.364 16. Kota Kupang 201 652 Jumlah 31.451 130.444 Sasaran areal Panen Jagung tahun 2008 untuk seluruh Kab.NTT. Sumber : Dinas Pertanian TP Provinsi NTT. 3.Kelautan & Perikanan ( Primer ) Pilihan skala prioritas utama ketiga dari sektor primer adalah Kelautan. Meskipun sering ada guyonan di NTT, bahwa kenapa di Timor semua program yang berkaitan dengan laut pasti gagal, karena orang Timor itu takut masuk laut disangka ada buaya. Terlepas dari itu, budaya melaut memang bukan milik orang Timor, tapi itu dulu, sekarang banyak anak anak muda yang terampil di laut entah sebagai nelayan, entah sebagai kapten kapal, entah sebagai petani tambak atau petani rumput laut dan sebagainya. Di Rote dan Sabu serta Alor dewasa ini terkenal dengan komoditas unggulannya adalah rumput laut dan mereka sangat terkenal sebagai pelaut handal, sehingga sering melintas wilayah perairan Australia dan akhirnya ditangkap dan dikarantina di Australia. Dipantai utara TTU dan Belu dewasa ini banyak terdapat perahu perahu nelayan, tambak ikan dan juga rumput laut, tambak garam, yang pada dekade sebelumnya tidak pernah kelihatan. Artinya kultur masuk laut sekarang bukan lagi hanya monopoli orang rote, flores atau makasar bugis, tetapi sudah merambah orang oang Timor yang dulunya takut masuk laut. Bahkan di Wini sudah didirikan Sekolah Menengah Kejuruan perikanan dan Perkapalan. Akan lebih baik bila diikuti dengan pembukaan jurusan Maritim di Universitas Timor-Unimor di Kefamenanu TTU. Dengan wilayah laut yang sangat luas ini, harus diakui bahwa penanganan summber daya laut oleh warga local masih sangat minim baik dari sisi peralatan perahu dan daya jelah, peralatan tangkap,peralatan produksi maupun pengawetan ikan yang masih sangat sederhana, sehingga hasilnyapun tidak signifikan. Tetapi apabila dipenuhi sarana dan prasarana seperti sarana pelabuhan, coldstorage, perahu, peralatan penangkapan,jaringan pemasaran dan atau pengolahan hasil tangkapan, maka akan sangat signifikan nilai tambah ekonominya. Hasil Tangkapan No Jenis Produksi Tahun 2006 (Kg) Tahun 2007 (Kg) 1. Udang Beku 4.600 8.165 2. Lencam 57.210 69.000 3. Scampy 26.520,5 15.912 4. Crayfish 1.825 756 5. Teri Kering 16000 34.500 6. Ikan Belah Kering - 10.000 7. Cakalang 2.052.460 3.900.000 8. Tuna 59.413 - 9. Lobster 2400 - J u m l a h 2.220.425,5 4.038.333 Sumber : Data Dinas Kelautan prov.NTT. 4. Koperasi, Industri Kecil & Menengah ( Primer ) Pengembangan subsektor ini sebagai salah satu skala prioritas merupakan pilihan utama mengingat kondisi riel ekonomi di kawasan ini baik dari sisi modal, produksi dan distribusi serta dukungan perbankan masih sangat minim dan terbatas, sehingga sangat dibutuhkan intervensi dari pemerintah baik pusat maupun daerah. Pembentukan Koperasi induk yang dapat bekerjasama dengan BUMD dan pihak swasta untuk mengumpulkan modal yang besar di setiap kabupaten. Kerja sama ini dapat membentuk unit unit usaha sektor riel yang disamping berorientasi profit, juga untuk menstimulir usaha usaha ekonomi masyarakat; seperti pendirian pusat pusat grosir/riteil/mall, usaha distribusi barang dan jasa seperti penyedian kapal kapal angkutan barang dari dan keluar Timor, atau transportasi darat, usaha pertanian dan peternakan (ranche dan farming, atau perkebunan ) dan sebagainya, dengan melibatkan KUD serta kelompok kelompok usaha masyarakat lainnya. Begitu pula dengan industri kecil dan menengah, BUMD dapat bekerja sama dengan pihak swasta mendirikan unit unit usaha kecil dan menengah serta berbagai kelompok usaha masyarakat yang terfokus pada usaha usaha produksi dan distribusi dengan orientasi yang harus jelas profit. Untuk itu pengelolaannya har

Tidak ada komentar: