05 Februari 2009

Morris Centre Service
RINGKASAN SEJARAH TIMOR BARAT Timor Pada Mulanya…. Menurut beberapa sumber sejarah dan tradisi adat lisan yang ada dan terpelihara secara turu temurun, dikatakan bahwa jauh sebelum kedatangan leluhur para penguasa/raja raja Timor, sudah ada penduduk asli Timor yang dikenal dengan nama “Suku Melus”. Sesuai tradisi lisan dan cerita rakyat didaerah di Belu, suku pertama yang mendiami wilayah Timor adalah “Suku Melus”. Orang Melus di kenal dengan sebutan “Emafatuk oan ai oan”, (manusia penghuni batu dan kayu). Suku ini masih sangat primitif dan hanya mempergunakan peralatan dari batu dan kayu untuk mempertahankan hidupnya dari alam sekitar. Dari sumber sumber tulisan dari orang orang Cina serta Portugis dan Belanda diungkapkan juga bahwa leluhur para raja Timor berasal dari jasirah Malaka (Malaysia) yang datang ke Timor beberapa abad sebelum kedatangan bangsa Eropa. Ada beberapa versi yang beredar tentang asal muasal para penguasa Timor baik yang beredar di masyarakat Timor Bagian timur ( Timor Leste) maupun dibagian tengah pulau Timor yaitu Kab Belu, TTU dan TTS – NTT) maupun di bagian barat pulau Timor yaitu Kupang.Meskipun ada perbedaan versi namun muaranya hanya satu bahwa leluhur para penguasa Timor terdiri dari 4 Suku dan berasal dari jasirah Malaka, yang setelah mengalahkan suku asli Melus, akhirnya menguasai seluruh pulau Timor jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa yang kemudian membagi wilayah ini menjadi 2 yaitu Timor Portugis dan Timor Belanda. Konon mereka terdiri dari 4 suku yang dikenal dengan nama “Sina Mutin Malaka” dan mendarat pertama kali di Teluk Wetoh/Maubesi di Belu Selatan Kabupaten Belu. Menurut penelitian I.H.Doko, dalam bukunya Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Nusa Tenggara Timur dijelaskan bahwa keempat suku tersebut dibawah pimpinan 3 orang bersaudara yakni yang tertua dan sangat berpengaruh, menanam sebatang pohon Waringin didepan rumahnya sehingga disebut “Ai Hale” (bahasa Tetun) dan selanjutnya menamakan kerajaannya menjadi “Ai Hale atau We Hale”. Pemimpin kerajaan inilah yang kemudian mengambil gelar “Maromak Oan” yang berarti Putra Dewata”. Putra Kedua menanam sebatang pohon “Ai Biku” yang kemudian menamakan kerajaannya menjadi “Wewiku”. Sedangkan Saudara ketiga menanam sebatang pohon “Hatimuk” didepan rumahnya yang kemudian menamakan kerjaannya “Haitimuk”. Suku keempat pemimpinnya diambil kemudian dari keturunan putra pertama Wehale dan ia mendapat wilayah didaerah pegunungan dan kemudian kerjaannya disebut “ Fatuaruin “. Pemimpin kerjaan inilah yangkemudian bergelar “ Liurai” yang artinya memerintahkan tanah. Menurut versi lain (dikutip dari website resmi Pemda kabupaten Belu-NTT/ http://www.belukab.go.id/) Ada cerita bahwa ada tiga orang bersaudara dari tanah Malaka yang datang dan tinggal di Belu, bercampur dengan suku asli Melus. Nama ketiga saudara itu menurut para tetua adat masing – masing daerah di Belu, berlainan. Dari makoan Fatuaruin menyebutnya Nekin Mataus (Likusaen), Suku Mataus (Sonbay), dan Bara Mataus (Fatuaruin). Sedangkan Makoan asal Dirma menyebutnya Loro Sankoe (Debuluk, Welakar), Loro Banleo (Dirma, Sanleo) dan Loro Sonbay (Dawan). Namun menurut beberapa Makoan asal Besikama yang berasal dari Malaka ialah ; Wehali Nain, Wewiku Nain dan Haitimuk Naik. Sedangkan dari semua pendatang di Belu itu pimpinan dipegang oleh “Maromak Oan” Liurai Nain di Belu bagian Selatan. Bahkan menurut para peneliti asing Maromak Oan kekuasaaannya juga merambah sampai sebahagian daerah Dawan insana dan Biboki. Dalam melaksanakan tugasnya maromak Oan memiliki perpanjangan tangan yaitu Wewiku-Wehali dan Haitimuk Nain. Selain juga ada Fatuaruin, Sonbai, dan Suai Kamanasa serta Loro Lakekun, Dirma, Fialaran, maubara, Biboki dan Insana. Maromak Oan sendiri menetap di laran sebagai pusat kekuasaan kerajaan Wewiku-Wehali. Tercatat nama – nama pemimpin besar yang dikirim dari Wewiku-Wehali seperti Loro Dirma, Loro Lakekun, Biboki Nain, Harneno dan Insana Nain serta Nenometan Anas dan Fialaran. Menurut versi dan sumber tradisi adat lisan masyarakat Timor Barat yang berbahasa Dawan (TTU,TTS & Kupang) menuturkan bahwa leluhur para raja Timor berasal dari Malaka dan terdiri dari 4 orang bersaudara yang datang dan memerintah pulau Timor yaitu : Liurai Sila, Liurai Sonbai, Liurai Benu dan Liurai Afoan.Pembagian daerah kekuasaan dilakukan diatas puncak gunung Mutis secara musyawarah yaitu Daerah kekuasaan Liurai Sila terletak di bagian Timur pulau Timor yang meliputi :wilayah kab.Belu di NTT dan seluruh wilayah Timor Leste; Liurai Sonbai meliputi wilayah Utara dan Selatan pulau Timor yang meliputi Kabupaten Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan; Liurai Benu meliputi sebahagian wilayah Utara pulau Timor yaitu Distric Oecussi ( Timor Leste ), dan Liurai Afoan meliputi wilayah barat dan selatan pulau Timor ( Kabupaten Kupang ). Dalam perkembangan selanjutnya,di Timor sudah ada suatu pemerintahan yang terpusat dan tertata dengan baik dalam kerajaan Wehale yang memerintah seluruh pulau Timor dengan pemimpin utamanya Maromak Oan di Laran sebagai pusat kerajaan Wehale dengan dibantu oleh Liurai Fatuaruin sebagai Sulung, Liurai Likusaen dan Liurai Sonbai yang semuanya merupakan keturunan lanngsung dari Wehale. Liurai Likusaen wilayahnya disebelah Timur pulau Timor ( Timor Leste, sekarang) Liurai Wehale di selatan pulau Timor ( Belu Selatan, Kab.Belu NTT) Liurai Fatuaruin juga di Kabupaten Belu, serta Liurai Sonbai di bagian barat pulau Timor ( Meliputi Kab. Timor Tengah Utara, Kab.Timor Tengah Selatan dan kab. Kupang/ yang berbahasa Dawan). Kekuasaan Maromak Oan/Kerajaan Wehale-Wewiku masih menurut I.H.Doko mencakup sebahagian Pulau Flores, konon Padu Ile anak dari Patttigolo salah satu putra Maromak Oan dari Wehale menikah dengan Watulele putri gunung Ilemandiri (Flores Timur) mendirikan Kota Larantuka (tempat berhentinya orang orang dari Laran = tempat Maromak Oan). Juga Pulau Alor, Rote,Sabu dan pulau Kisar di Selatan maluku. Masih belum jelas atau kurang sumber data dan informasi sejarah, tentang bagaimana perkembangan tentang masing masing kerajaan tersebut diatas, yakni kerajaan Waiwiku, dan Haitimuk, karena yang dibahas selanjutnya lebih banyak hanya menyangkut Wehale, Futuaruin dan Sombai yang merupakan keturunan langsung Maromak Oan dari We Hale. Masih dalam perkembangan kerajaan Wehale, konon pernah terjadi perang antara Wewiku dan Wehale, juga antara Liurai Likusaen dengan Wehale dan dikalahkan. Namun kemudian dipulihkan dan Wehale berkuasa hingga kedatangan bangsa bangsa Eropa di Timor. Tentang Liurai Sonbai, menurut I Toto ahli sejarah Timor yang dikutip I.H.Doko, Liurai Sonbai yang pertama berasal dari Wehale/Belu bernama asli Nai Laban, adik dari Liurai Fatuaruin dari Wehale. Kerajaannya dikenal dengan nama kerajaan Oenam. Ia kemudian diganti oleh Nai Nati dan kemudian Nai Nati diganti oleh Nai Faluk. Nai Faluk kemudian diganti oleh Nai Lele dan sesudahnya oleh Nai Tiklua. Nai Tiklua inilah yang mulai menggunakan gelar Sonbai artinya Usif Ataupah /bahasa Dawan = raja pemilik jagad. Kerjaan Sonbai/Oenam meliputi hampir seluruh wilayah Timor bagian utara, Timor bagian selatan dan Timor bagian barat yang masyarakatnya berbahasa Dawan meliputi antara lain : Daeah Biboki, Insana, Miomaffo ( Kab.Timor Tengah Utara) Molo ( Kab.Timor Tengah Selatan ) dan Fatuleu, Kupang, Semau ( Kab Kupang ) Rote dan Sabu. Sedangkan wilayah Amanatun, Amanuban, Amarasi dan Ambenu merupakan daerah pengungsian suku suku dari Wehale maupun yang awalnya merupakan bagian (vasaal staten) dan taat kepada Raja Sonbai/Oenam, namun lama kelamaan berubah menjadi kerjaan kerjaan kecil yang otonom seiring dengan kedatangan bangsa bangnsa Eropa. Struktur Kekuasaan & Pemerintahan Asli Timor : Jauh sebelum kedatangan bangsa bangsa Eropa di Timor sudah tersusun suatu struktur msyarakat dan tata kekuasaan pemerintahan dari kerjaan Wehale maupun kerajan kerajaan lainnya sebagai berikut : Sistem dan tata pemerintahan di kerjaan Wehale dan atau bagian timur pulau Timor ( Kab.Belu & Timor Leste ) disusun sebagai berikut : Pada pucuk pimpinan tertinggi adalah Maromak Oan sebagai pimpinan tertinggi baik masalah duniawi maupun sebagai pemimpin religius/ wakil Dewa. Dalam menjalankan pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga pembantu utamanya yaitu Liurai Fatuaruin, Liurai Likusaen dan Liurai Sonbai. Para Liurai dibantu oleh para Loro, dan Loro dibantu oleh para Nai. Sedangkan struktur kerajaan Oenam/Sonbai di wilayah yang berbahasa Dawan adalah Liurai Sonbai dibantu oleh para Am- uf/Uis Pah,(seperti Biboki, Insana, Miomaffo, mollo, Amfoang dll. ) dibawah Am-uf dibantu oleh Amaf/Usif (misalnya Miomaffo terdiri 8 kefetoran yang dipimpin oleh amaf/Usif yaitu : Tunbaba, Manamas, Bikomi, noemuti, Nilulat, Noeltoko, Naktimun dan Aplal. Insana terdiri dari 5 kefetoran yaitu Oelolok, Ainan, Maubesi, Subun dan Fafinesu. Biboki terdiri dari 5 kefetoran yaitu: Ustetu, Oetasi, Bukifan, Taitoh dan Harneno.) Sistem ini berubah atau dihancurkan pada saat kedatangan bangsa bangsa Eropa yang mengikat kontrak dengan para raja raja Timor dan berlanngsung hingga jaman kemerdekaan. Kedatangan Bangsa Eropa Pelayaran bangsa bangsa eropa mengeksplorasi dunia pada mulanya mebawa tiga misi utama yang dikenal dengan nama 3 G yaitu : Gospel, Gold and Glorius. Mereka berdalih bahwa tujuan awal adalah untuk menyebarkan Injil karenanya setiap armada pasti disertakan juga para misionaris/pastor/pendeta.Sambil menyebarkan Injil mereka juga berdagang dan mencari emas/kekayaan dan karenanya mengikat kontrak dan monopoli dengan raja raja di Timor. Karena kabanyakan penduduk pribumi dinilai masih sangat terbelakang dan tidak beradab, maka untuk memperadabkan kaum pribumi hanyalah dengan kekuasaan dan pemerintahan. Dan tentunya buat mereka dalam pergaulan antar bangsa Eropa merupakan suatu kemulian. Sehingga menjadi sangat wajar bahwa sejarah masuknya agama Kristiani di Timor khususnya dan NTT pada awalnya bersentuhan erat dengan nafsu imperialism bangsa bangsa barat dan bukan semata mata sebagai misi pewartaan ajaran ajaran kristus/Injil. Menurut website Wikepedia yang mengutip catatan Antonio Pigafetta team dari ekspedisi armada Magellan dengan Kapal Victoria pernah mengunjungi Timor pada tahun 1522 membenarkan adanya kerajaan Wehali-Wewiku, dan empat raja yang berkuasa di pulau Timor. Catatan Pigafetta ini meruapakan sumber data tertulis pertama yang memuat tentang Timor agak secara terperinci.Ia Menulis antara lain : On Saturday the twenty-fifth of January, one thousand five hundred and twenty-two, we departed From the island of Mallua [Alor]. And on the Sunday following we came to a large island five leagues distant from the other, between south and southwest. And I went ashore alone to speak to the chief man of a town named Amabau, that he might give us provisions. lie answered that he would give us oxen, pigs, and goats; but we could not ag1.ee together, because he desired for an ox, too many things of which we had little. Wherefore since hunger constrained us, we retained in our ships one of their principal men with a son of his, who was from another town called Balibo. And fearing lest we kill them, they gave us six oxen, five goats, and two pigs, and to complete the number often pigs and ten goats they gave us an ox, for we had set them to this ransom. Then we sent them ashore very well pleased, for we gave them linen, cloths of silk and of cotton, knives, mirrors, and other things. It is notable that despite an 18-day sojourn on the island, Pigafetta fails to mention the presence of certain dietary staples, suggesting, perhaps, that eon was introduced by the Portuguese in historical times. While he did not speak of Timor as a new European discovery, he did, however, pass allusion to the presence on the island of the "maladie Portugaise", "Saint Job's" disease or venereal disease that could only have been passed on by travellers from the "New World", in other words by Iberian sailors. On the people of Timor, their form of government and the enduring myth of Timor gold, Pigafetta This lord of Amabau, to whom I spoke, had only women to serve him. They go all naked like the others, and wear in their ears little gold rings hanging from silk threads, and on their arms, up to the elbow, they have many bracelets of gold and of cotton. And the men go, like the women, but they have and wear on their neck certain gold rings as large and round as a trencher, and set in their hair bamboo combs garnished with gold. And some of them Wear other gold ornaments... On the other side of the island are four brothers, its kings. And where we were there are only towns, and some chiefs and lords of them. The names of the habitations of the four kings are: Oibich [Behale], Lichsana [Liquisa?], Suai, and Cabanazza [Camanassa]. Oibich is the largest town. In Cabanazza (as we were told) a quantity of gold is found in a mountain, and they purchase all their things with certain small gold pieces which they have. For once and for all Timor becomes part of the Western geographical imagination, as much an extension of Cartesian space: All this island is inhabited, and it is very long from east to west but not very wide from south to north. It is in the latitude often degrees towards the Antarctic Pole, and in the longitude of one hundred and sixty-four and a half degrees from the line of partition, and it is named Timor. ( Dikutip dari situs resmi Pemerintah Timor leste tentang Sejarah Timor). Pada tahun 1566 Portugis telah mendirikan sebuah benteng di Pulau Solor/Flores. Dan para prianya menikah dengan para wanita pribumi dan kemudian melahirkan suatu golongan Indo-Portugis yang dalm sejarah kemudian lebih dikenal dengan nama “Topasses” atau Portugis Hitam. Sedangkan Belanda tiba di Kupang/Timor Barat pada tahun 1613 dibawah pimpinan Apollonius Scot , setelah sebelumnya mereka menyerang benteng Portugis di Solor dan kemudian menganti namanya menjadi “Ford Hendricus”. Dan karena Portugis tersdesak akhirnya mengungsi ke Larantuka ( Flores Timur ) dan kemmali menyerang ford Hendricus yang jatuh kembali ke tangan Portugis antara 1625-1629, namun akhirnya pada tahun 1653 direbut kembali oleh Belanda dan Portugis terpaksa mengungsi ke bentengnya Kupang yang telah dibuat antara tahun 1640-1645 oleh beberapa pedagang dan Pastor Portugis. Meskipun Belanda sudah pernah mendarat di Kupang pada 1613, namun tidak pernah menetap disana dan mereka balik ke Solor dan Batavia. Baru pada tahun 1657 setelah VOC terbentuk pada tahun 1602 di Batavia, mengirimkan sebuah armada untuk menghancurkan Portugis di Kupang dan kemudian mendirikan sebuah benteng di sana “Fort Concordia” dan selanjutnya mengadakan kontrak dengan raja raja Timor. Sedangkan Portugis memindahkan pusat kekuasaannya ke Lifau/Oecussi disebelah utara pulau Timor dan bertahan disana. Pada saat Belanda tiba di Kupang (Timor barat ) disana hanya ada 2 kerajaan yaitu Kerajaan Helong dengan rajanya Naikopan, yang kemudian diganti oleh Bissing Lissing dan Kerajaan Amarasi dengan rajanya Nai Nafi Rasi yang berasal dari Wehali. Namun dalam periode 1650-1655 telah hadir 4 kerajaan kecil di Kupang dan sekitarnya yang merupakan pengunsi dari pedalaman Timor yaitu : Kerajaan Sonbai Kecil berpusat di Bakunase, Kerajaan Funai dari Amanuban yang berpusat di Oepura, serta kerajaan Am Abi Oefeto dan Am Abi Niki Niki yang awalnya menetap di Biloto, kemudian di Babau, kemudian di Liliba dan terakhir berpusat di Oepura. Kerajaan terakhir adalah Taebenu dari Mollo yang menetap di Baumatta dan kemudian pinda lagi di Mantasi. Lima kerajaan inilah yang pertama tama mengadakan kontrak dengan VOC/Belanda dan pada tahun 1659 raja Sobai kecil,raja Helong dan raja Am Abi Dibawah Belanda ke Batavia untuk menyaksikan langsung kekuatan dan kekayaan VOC. Pada tahun 1756 raja Wehali Liurai Jacinto Correia bersama dengan 14 raja raja dari Timor,Solor,dan Sumba mengadakan kontrak dagang dengan VOC Belanda melalui Komisaris Tinggi Johanes Andreas Paravicini. Dalam kontract ini raja Wehali juga menngatasnamakan raja raja koloninya yaitu : Dirma, Lakekun, Samoro, Fatulete, Letisoli, Batuboro, Lanqueiro, Suai, Atsabe, Reimeia, Diribate, Maroba, Lidak, Jenilu, Sukunaba, Biboki and Insana, Wewiku, Manufai, Tiris, Alas, Luca, Viqueque, Corara and Banibani Melalui perjanjian ini, Belanda berharap secara otomatis akan mencakup juga kekuasaan terhadap raja raja yang berada di wilayah Timur (Timor Leste) namun raja Wehali menolak itu dan ia lebih berperan sebagai pembatas dan penengah antara Belanda di Barat dan Portugis di Timur. Bersambung. Tulisan ini diolah dari berbagai sumber khususnya situs situs internet. Copyright@ ronny abi/morris centre/01-2009 .

Tidak ada komentar: